Selain Presiden, Siti Nurbaya menteri KLHK dalam rilis menyatakan bahwa, hutan mangrove mampu menyimpan karbon (carbon sinks) sebanyak empat sampai lima kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan, terutama kandungan dalam tanah (coverground). Untuk percepatan pencapaian nationally determined contribution (NDC), katanya, mangrove memberikan kontribusi besar dalam penyerapan emisi karbon.
Untuk itu melalui aksi tanam mangrove bersama komunitas lingkungan dan stakeholder bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam aksi tanam ini, IJTI Pengda Maluku bersama komunitas lingkungan menanam mangrove jenis soniratia. Selain itu, isu lingkungan hidup menjadi isu yang saat ini dibahas pada tataran nasional maupun global, terhadap ancaman perubahan iklim yang sudah terjadi. Untuk itu, melalui penanaman mangrove atau bakau ini diharapkan bisa menggugah hati Pemerintah Daerah maupun masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, termasuk di dalamnya menanam pohon mangrove.
Lokasi yang menjadi penanaman mangrove jenis Soneratia Alba ini ditanam sebanyak 200 anakan dekat mangrove jenis yang sama.
Ketua Moluccas Coastal Care (MCC), Theria Salhuteru menjelaskan peran mangrove sangat penting bagi ekosistem pesisir dan laut, di mana mangrove menyumbang karbon yang sangat banyak dan menekan gas rumah kaca.
“Kita harus konsen di sini, selain untuk mencegah teluk Ambon ini dari permasalahan abrasi dan kenaikan air laut, namun juga karena pulau kita ini kecil. Jadi tanam mangrove ini sangat penting,” ucapnya.
Ia juga menambahkan menanam mangrove harus disertakan perhatian akan masalah sampah. Ia menjelaskan apabila, terdapat banyak sampah di daerah penanaman mangrove, maka mangrove itu akan mati.
Sementara itu, Perekayasa (Inovator) Ahli Madya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI), Daniel D Pelasula, ikut prihatin dan terlibat langsung untuk menanam mangrove dan membersihkan di Lateri ini. Peneliti LIPI Ambon prihatin dengan hutan mangrove di teluk Ambon yang semakin hari mengalami degradasi.
Load more