Jakarta, tvOne
“Ada beberapa, namun tidak banyak warung kopi yang masih kita temukan produknya menggunakan bahan berbahaya,” kata Yudi saat sosialisasi program bernama Inovasi Sanger Ureung Aceh.
Ia menjelaskan ada empat bahan berbahaya pada makanan yang lazim digunakan masyarakat meliputi metani yellow, rodhamin B, formalin dan boraks.
Namun, hasil pengawasan di Aceh dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Aceh lebih spesifik pada penggunaan boraks, sedang tiga bahan berbahaya lain tersebut selalu negatif saat pengujian laboratorium.
“Jadi kami langsung intervensi uji cepat terhadap boraks saja, karena yang selama ini kita temukan hanya boraks,” kata Yudi.
Yudi menyebut ada sekitar 1.200 warung kopi yang telah terdata di seluruh Aceh, dan menjadi sasaran dari 50 petugas BPPOM untuk tes cepat deteksi boraks.
Sebanyak 700 warung kopi berada di ibu kota Aceh Banda Aceh, sekitar 100 warung kopi di Aceh Besar dan selebihnya tersebar di seluruh daerah Aceh.
Beberapa makanan yang dites seperti mi, bakso, ketupat, kerupuk tempe, nasi buras, lontong hingga siomay.
“Itu produk-produk yang kita uji selama ini masih kita dapatkan mengandung bahan berbahaya boraks,” katanya.
Menurut Yudi, pengujian tersebut juga bertujuan agar masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke provinsi paling barat Indonesia itu merasa nyaman dan aman ketika menyantap kuliner di setiap warung kopi.
“Warung kopi yang telah diintervensi akan diberi tanda stiker Sanger Ureung Aceh, bahwa makanan dan minuman di warung kopi ini sudah dinyatakan aman dikonsumsi,” katanya. (umm/ant)
Load more