Denpasar, tvOnenews.com - Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, bahwa dirinya bingung adanya pihak yang meributkan renovasi Jakarta International Stadium (JIS) agar menjadi venue Piala Dunia U-17.
"Makanya, ketika ribut JIS saya agak bingung, karena kita berniat baik supaya lapangan JIS bisa standar FIFA," kata Erik, saat usai meninjau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, di Kota Denpasar, Bali, Kamis (6/7) sore.
"Terus kalau ditanya ini sudah standar FIFA, yang menentukan siapa, orang PSSI saja tidak bisa menentukan. Yang menentukan ini standard FIFA iya FIFA," imbuhnya.
Ia juga mengingatkan, bahwa saat Piala Dunia U-20 pihaknya mengusulkan banyak stadion atau lapangan sepakbola tetapi yang dipilih oleh FIFA hanya enam stadion dan setiap kota harus memiliki empat lapangan latihan.
"Waktu U-20 kita mengusulkan banyak lapangan yang dipilih cuma enam, itupun ditambah setiap kota harus punya empat lapangan latihan. Kalau liga perlu tidak lapangan latihan, tidak, orang latihannya di situ. Argentina perlu lapangan latihan, tidak perlu empat, tapi satu," ujarnya.
"Nah iniloh jangan dikontroversikan menjadi polemik, ketika bangsa kita maju, ingat mendapatkan yang diapresiasi dunia kita ribut sendiri. Nanti kalau batal nyesel, salah-salahan lagi. Politik lagi, stop, yang menentukan standarisasi FIFA adalah FIFA. Tapi yang menentukan standarisasi internasional banyak pihak kalau pas main disini, termasuk pembangunan," ujarnya.
Erick mengaku bahwa dirinya optimis JIS bisa menjadi tempat pertandingan U-17 nantinya tetapi kalau pintunya dibuka lebar. Tetapi kalau renovasi dipersulit dan dihambat pihaknya tidak menjamin.
"Kalau saya maunya optimis kalau pintunya dibuka lebar. Cuman nanti kalau renovasi dihambat dipersulit iya gimana lagi," ujarnya.
Menurutnya, yang perlu diperhatikan di JIS adalah soal akses penonton mengingat tragedi di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur juga terjadi akibat akses penonton yang terbatas.
"Iya kembali akses. Ingat perisitiwa Kanjuruhan, isunya apa akses, karena sepakbola ini bukan nonton konser. Keluar senang, ada timnya seri (atau) kalah ngambek, itukan. Itulah, kenapa dua tahun kedepan transisi FIFA meminta Indonesia seluruh pertandingan di liga tidak ada suporter tamu. Adanya suporter tuan rumah," ujarnya.
"Dan itu surat di FIFA, karena itu liga bersama polri didukung oleh PSSI menyatakan setuju. Supaya transisi ini terjadi. Dulu musim pemilu (liga) berhenti sekarang boleh nonton 50 persen kan kemajuan. Mana ada ingin membangun liga nomer satu di Asia Tenggara, liganya kadang-kadang main, kadang-kadang tidak main, tidak ada. Ini yang harus disepakati, untuk membangun perlu waktu perlu komitmen, perlu pengorbanan," ungkapnya.
Ia juga menegaskan, kemarin yang dipolemikkan stadion ini dibangun Rp5 triliun dan renovasinya Rp5 triliun dan menurutnya itu tidak benar.
"Mana ada renovasi 5 triliun. Total budget renovasi 22 stadion itu 1,9 triliun. Jadi kemarin biasa ini banyak penyebar hoax sekarang karena sosial media. Stadion JIS dibangun 5 triliun atau 4,5 triliun mau direnovasi 5 triliun cari proyeklah orang rumputnya saja cuman 6 miliar, betul tidak," jelasnya.
Sementara, soal akses di JIS itu cuma ada satu akses ditengah dan diputerin oleh pagar. Kalau terjadi keributan itu bisa berbahaya.
"Kan aksesnya sekarang cuman ditengah itu satu. Nah terus diputeri oleh pagar. Kebayang tidak kalau di dalam pager itu ada keributan atau di depan (pintu) terjadi sesuatu. Kan tidak bisa keluar, artinya musti ada dipecah, nah itulah kenapa perlu dipecahkan jadi empat (akses)," ujarnya.
"Jadi saya tidak berbohong, ini Pak Erick orang pintunya banyak katanya dibilang satu. Loh itu pintu masuknya banyak di stadion, saya ini pernah di Inter Milan jadi tau stadion. Pernah bangun stadion juga," ujarnya.
Selain itu, di sana juga ada keterbatasan akses parkir dari 82 ribu kapasitas parkir yang tersedia baru 1.300 kapasitas parkir dan saat konser band Dewa 19 banyak penonton yang parkir di Ancol.
"Di situ ada keterbatasan parkir, 82 ribu kapasitas parkir yang hari ini (ada) 1.300. Kemarin, waktu konser Dewa banyak yang parkir di Ancol (itu ada) kerjasama. Berarti kan ada potensi lahan parkir di Ancol yang besar tetapi kita perlu cari jalan keluar, apa perlu dibangun jembatan penyeberangan yang dari Ancol menuju stadion sepakbola," ujarnya.
"Nah itu ada bolong lagi, supaya orang bisa lari ke sana kalau jalan. Lalu ada lagi, misalnya dibilang, tapi ini kendaraan umum. Lah, kalau kendaraan umum jalannya hanya muter di situ itu akan bahaya. Ingat tidak waktu Gelora Bung Karno itu kan aksesnya dibuka semua. Karena itu, salah satunya yang dibelakang itu kan ada tempat jalan yang bisa menuju jalan tol, itu juga mau disambungkan ke jalan tol, supaya bisa naik. Yang kereta api akses keempat ini yang perlu waktu, yah makannya dibangun sementara," ujarnya. (awt/gol)
Load more