Denpasar, tvOnenews.com - Gubernur Bali, Wayan Koster akan menyetop impor benih bunga gemitir dari Negara Thailand setelah berhasil uji coba penamaan benih bunga gemitir asli Bali yang diberi nama "Bunga Gemitir Bali Sudamala".
"Dari benih yang saya dorong, diriset pada tahun 2019 yang lalu. Mengapa? Saya mendorong penelitian untuk mengembangkan ini, karena saya perlu menyampaikan penggunaan bunga gemitir di Bali itu tinggi sekali," kata Koster, saat sidang Paripurna ke-31 di Kantor DPRD Bali, Kamis (20/7).
"Setiap tahun, bunga gemitir memerlukan benih dari asosiasi penyemai di Bali, ada 15 penyemai bunga gemitir di Bali, itu dibutuhkan kira-kira 200 sampai 300 kilogram benih. Nilainya, sekitar Rp30 milliar per tahun, dan ternyata benih ini diimpor dari Thailand," imbuhnya.
Ia juga menyebutkan, bahwa benih bunga gemitir dari Thailand sekali panen langsung mati. Dan petani harus kembali membeli benih impor tersebut.
"Bunga gemitir yang dari Thailand ini sekali panen, itu mati. Sehingga setiap panen itu mati, lalu kita harus beli benih lagi. Jadi saya kira ini politik ekonomi, membuat ketergantungan kepada benih. Ini tidak sehat bagi kita," jelasnya.
Sehingga, dengan hal itu pihaknya memanggil peneliti dari Universitas Udayana yang bekerjasama dengan Institusi Pertanian Bogor (IPB) untuk mengembangkan benih baru bunga gemitir Bali. Lalu, diujicoba atau ditanam di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, dan akhirnya berhasil.
"Mulai riset pada tahun 2020, perlu tiga tahun untuk riset dan risetnya berhasil. Sehingga mulai 2022 sudah panen, dan kemarin saya panen raya," jelasnya.
Ia juga menyatakan, untuk jumlah perdagangan bunga gemitir di Pulau Dewata mencapai Rp200 miliar per tahun. Hal itu, untuk keperluan upacara keagamaan di Bali dan juga untuk taman dan pertanian serta lainnya.
"Jumlah perdagangan gemitir di Bali itu mencapai Rp200 miliar. Itu untuk keperluan upacara, taman dan sebagainya. Saya kira, kalau ini kita biarkan terus, kita selamanya akan bergantung kepada benih dari luar dan yang akan menikmati nilai ekonominya bukan kita. Karena itulah saya menugaskan peneliti dan berhasil," ujarnya.
Ia juga menyebutkan, bahwa bunga gemitir Bali memiliki lima jenis warna yaitu merah, putih, emas, kuning dan oranye. Tetapi khusus untuk warna emas dan oranye memiliki dua jenis perbedaan di kelopaknya sehingga ada total ada 7 jenis.
"Kelopaknya beda-beda, yang oranye ada dua jenis, yang emas ada dua jenis, yang kuning ada satu jenis, yang putih dan merah ada satu jenis. Jadi total ada tujuh jenis benih gemitir Bali Sudamala. Ini yang harus menjadi perhatian, jangan hal-hal begini ternyata kita impor dari luar," ujarnya.
"Sekarang sudah berhasil dikembangkan di Baturiti. Kemarin, saya beli saya bagikan gratis kepada para petani," lanjutnya.
Gubernur Koster menyatakan, bahwa benih bunga gemitir asli Bali ke depannya akan diperluas penanamannya ke seluruh Pulau Bali dan pihaknya sudah meminta Kepala Dinas Pertanian untuk melakukan hal tersebut.
"Saya minta kepada Kepala Dinas Pertanian diperluas ke seluruh Bali, tahapan uji coba ini di semua kabupaten dan kota dengan berbagai ketinggian. Itu akan dicoba di seluruh Bali mulai bulan depan. Kalau ini berhasil, kita akan segera bisa menghentikan impor benih bunga gemitir dari Thailand. Ini suatu kemajuan yang luar biasa," ujarnya.
Ia juga menerangkan, bahwa untuk penamaan bunga gemitir asli Bali diberi nama Sudamala yang inspirasinya dari tim budaya adat dan agama di Pulau Dewata.
"Bayangkan Rp30 miliar per tahun, itu baru dari asosiasi, belum yang langsung (pembelian) melalui orang per orang mungkin itu bisa lebih besar lagi nilai impor yang dipakai di Bali ini. Perdagangannya per tahun mencapai Rp 200 miliar gemitir ini melalui asosiasi dan (belum) perdagangan secara langsung," ujarnya.
Gubernur Koster, menyatakan rencana menghentikan total impor benih bunga gemitir dari Thailand dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun lagi. Karena, ini masih tahapan uji coba dan kemungkinan tiga tahun lagi setelah masif penanaman bunga gemitir di Bali akan distop impor benih dari Thailand.
"Ini masih tahapan uji coba, saya kira satu tahun lagi sudah masif, atau tiga tahun kita stop (impor benih dari Thailand)," ujarnya. (awt/far)
Load more