Saat ini Bali sudah mengaplikasikan sistem peringatan dini tsunami yang baru dari sistem satelit ke radio digital. Karena mengaplikasikan sistem yang baru tersebut dan merupakan sebuah penemuan atau inovasi yang baru maka namanya pun berubah dari Ina-TEWS menjadi B-TEWS atau Bali-Tsunami Early Warning System yang disingkat menjadi B-TEWS.
"Bali sudah mengaplikasikan sistem baru dalam sistem peringatan dini tsunami dari Ina-TEWS ke B-TEWS. Pergantian ini sebagai strategi Pemerintah Provinsi Bali untuk mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih efektif, efisien dan dapat dikolaborasikan dengan privat sektor tanpa mengurangi kehandalannya," urainya.
Masalah pada Ina-TEWS adalah mahal untuk dibuat atau pengadaanya yakni berkisar antara Rp1 sampai Rp1,3 miliar per unit. Kemudian alat ini mahal untuk dipelihara dan dirawat yakni lebih dari Rp100 juta per unit pertahun. Sparepartnya mulai sulit karena produksinya sudah diskontinyu.
Mahalnya sistem Ina-TEWS menyulitkan Pemerintah Provinsi Bali untuk menambah infrastruktur jaringan sirine, sehingga cakupan layanan peringatan dini sangat rendah. Padahal masyarakat pada zona bahaya tsunami yang mendapat akses peringatan tidak sampai 5%. Sementara konsensus global yang dihasilkan pada konferensi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) tahun 2022, menyatakan bahwa setiap penduduk atau 100% penduduk harus mendapatkan layanan peringatan dini bencana pada tahun 2030.
Provinsi Bali mengambil langkah cepat dengan inovasi baru B-TEWS. Ini dilakukan agar jangan sampai wilayah Bali tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami. Sebab hasil kajian risiko bencana menunjukkan bahwa Bali adalah salah satu wilayah rawan bencana karena ada 15 jenis bencana dengan mayoritas berisiko tinggi dan ada beberapa yang risiko sedang serta rendah.
Tsunami adalah salah satu yang berisiko tinggi dan sejarah menunjukkan bencana tsunami selalu berdampak pada korban secara masif. Potensi tsunami juga teridentifikasi dari berbagai riset oleh para ahli dan analisis BMKG yang mendeteksi adanya dua zona megatrust di bagian selatan Pulau Bali yaitu Megathrust East Java dengan potensi gempa 8,7 SR dan Megathrust Sumba dengan potensi gempa 8,5 SR. Data historis yang tercatat setidaknya Bali pernah mengalami tsunami sebanyak 8 kali.
Teja menegaskan, hal paling menarik dari B-TEWS ini adalah dari gagasan dan inovasi dirinya selaku ASN Bali, untuk membantu Bali agar lebih hemat, lebih efektif, dan masyarakat umum bisa akses sirine peringatan dini tsunami.
Load more