"Karena infrastrukturnya memenuhi. Misalnya videotron sudah ada dan kami tidak akan menghilangkan dukungan kami untuk menosialisasikan calon tetapi mengalihkan ke tempat lain jadi balihonya dikurangi, videotronnya ditambah dan lain sebagainya," jelasnya.
"Karena kita ingin betul memecahkan masalah, bukan menambah masalah lagi. Bayangkan saja kalau rata-rata dua saja calonnya kalau per desa dia pasang tidak mungkin dua (baliho) itu bisa ke Banjar dan gang-gang-nya itu berapa sampahnya," lanjutnya.
Selain itu, dua wilayah ini sepanjang pantauannya, yang paling banyak memasang baliho dan alat peraga kampanye lainnya yang menimbulkan sampah. Di sisi lain untuk pemilih di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, sudah cukup bagus dan rata-rata sudah memiliki gadget dan kampanye itu bisa dimasifkan di media sosial.
"Yang paling banyak (pasang baliho) di Denpasar-Badung. Mungkin karena konstituennya banyak uangnya, pasang-pasang banyak, mudah-mudahan dengan berkurangnya di sini berkurang juga sampahnya," katanya.
"Yang berikutnya adalah karena kita tau, karena tingkat pemilih di Denpasar dan Badung mungkin sudah cukup bagus dan hampir semua sudah mengenal gadget dan lain sebagainya, saya pikir itu sebagai acuan," ujarnya.
Sementara, untuk di luar wilayah Denpasar-Badung memang untuk videotron masih minim dan nantinya bisa menggunakan medsos untuk pengurangan baliho kampanye dan juga nantinya juga akan dipasang billboard atau mungkin ditambah.
"Kita akan mengurangi penggunaan baliho di masing-masing kabupaten dan di Kabupaten Bangli kan tidak ada videotron mungkin kalau ada billboard kita pasang saja satu besar tapi kita akan diskusikan tapi ini belum final," ujarnya.
Load more