Sikka, tvOnenews.com - Potret kesenjangan sosial masih saja terjadi di tengah hiruk pikuk pemilihan kepala daerah dan juga menjelang pergantian presidin RI terpilih tahun 2024.
Maria Wonga seorang wanita lanjut usia berusia 65 tahun, hidup bersama sang suami Heribertus Tegu (65) di sebuah gubuk reeot yang nyaris roboh di pinggir jalan strategis nasional pantai utara pulau flores.
Pasangan suami istri (Pasutri) ini merupakan warga Dusun Koro, Desa Reroroja, Kabupaten Sikka, yang berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan Kota Baru, kabupaten Ende
"Sudah 10 tahun anak, kami tinggal di sini. Kami numpang di tanah keluarga," ungkap Maria Wonga.
Dikisahkannya, disela-sela memasak air panas dalam rumah yang berukuran 2x4 meter yang berlantai tanah, berdinding belahan bambu dan beratapkan aseng bekas yang mulai rusak termakan usia inilah menjadi tempat keduanya berlindung dari teriknya matahari dan di saat musim hujan.
Maria memasak air panas di dalam rumah yang berlantaikan tanah.
Dalam gubuk reot ini, keduanya membangun satu balai-balai yang dijadikan tempat tidur diselimuti kelambu kusam berwarna biru agar tidak digigit nyamuk malaria.
"Saat malam hari, kami kadang pakai pelita, jika bola lampu listrik tidak dinyalakan dari rumah tetangga," kisahnya.
Untuk betahan hidup, lanjut Maria, suaminya terpaksa harus menjadi buruh tani di lahan persawahan milik orang dengan upah yang jauh dari harapan agar bisa makan dan minum.
"Bapak kerja hanya untuk kami makan hari ini saja. Esok kerja buruh lagi," paparnya.
Selain itu, lanjut Maria, selama ini berbagai macam bantuan sosial yang diluncurkan pemerintah pusat seperti Bantuan langsung Tunai maupun bantuan non Tunai, PKH, perumahaan yang layak huni maupun BPJS, belum pernah didapati keduanya.
"Kami pernah dapat dari dinas sosial berupa beras, mie dan telur. Tapi itu sudah lama ketika masih covid. Sekarang tidak lagi," ujarnya. (ofk/frd)
Load more