Keputusan penghargaan ini telah diumumkan pada CTBT Science and technology conference 2021, sebuah acara global dua tahunan yang diselenggarakan oleh komite persiapan Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organisation (CTBTO) di Wina.
Lalu, tim panelis ilmiah memvoting dari peserta telah memilih riset bertajuk "Dampak Hari Raya Nyepi dalam Pengukuran Parameter Cuaca di Stasiun Pengamatan Sinoptik di Bali" dari 700 riset yang berasal dari seluruh dunia.
Piket juga mengharapkan riset-riset yang dilakukan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas udara di kawasan perkotaan demi kesehatan masyarakat dan lingkungan. EU Star Award sendiri pertama kali diperkenalkan oleh delegasi Uni Eropa di Wina pada tahun 2013.
Sementara, Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr Suko Prayitno Adi mengatakan, dalam risetnya tim BMKG bekerja 24 jam dan 7 hari dalam seminggu dalam pemantauan cuaca, iklim, dan gempa bumi serta memiliki unit pelaksana teknis yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kemudian, keberadaan empat stasiun pengamatan sinoptik di Bali yang tetap
bekerja saat Nyepi memantau variabilitas Nyepi dari tahun ke tahun. Tema inilah yang diangkat menjadi sebuah penelitian sederhana.
"Sebenarnya terdapat satu tulisan lagi yang membahas tentang Nyepi dari sudut pandang seismologi yang diajukan dalam kegiatan tersebut namun hanya satu yang berhasil lolos untuk dipresentasikan," ujarnya.
"Dari 700 riset yang mengikuti konferensi, terdapat 17 penelitian dari
Indonesia dan 13 diantaranya merupakan riset dari BMKG, dan salah satunya berhasil meraih EU Star Award. Penghargaan ini merupakan penghargaan EU Star Award yang pertama bagi Indonesia,” jelasnya. (awt/act)
Load more