Manggarai, NTT - Jalan yang menghubungkan Kecamatan Reok Barat, Manggarai dan Kecamatan Pacar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam kondisi yang mengerikan. Jalan rusak berat.
Jalan Provinsi NTT yang mengalami rusak parah itu terjadi sepanjang 20 kilometer mulai dari Pering, Desa To'e, Reok Barat hingga Rego, Kecamatan Pacar, Manggarai Barat.
Titik terparah tak bedanya dengan kubangan kerbau sepenjang 2 kilometer antara Dusun Munta, Desa Kajong, hingga Dusun Tureng, Desa Nggalak.
Pada saat hujan, jalan tersebut merupakan neraka bagi pengendara mobil dan pemotor karena jalannya seperti kolam lumpur hingga kedalaman setengah meter.
Pengendara motor kesulitan melewati jalan rusak di Manggarai Barat, NTT
Saking parahnya, semua kendaraan roda empat yang melewati jalur tersebut mesti membawa serta dedak gabah untuk menyelamatkan roda mobil saat menggilas genangan lumpur.
Di jalur tersebut, tidak sedikit mobil kandas dan mogok. Penumpang terpaksa menunggu berjam-jam sampai mobil yang mogok bisa ditarik oleh mobil truk yang melintas.
"Kondisi jalan yang rusak parah seperti kubangan kerbau dan tidak bisa lewat ini juga dialami oleh saya dan puluhan penumpang saat menumpang salah satu truk dari Reo ke Tureng dan Pateng, Rego baru-baru ini. Truk yang kami tumpangi macet dan kami berjalan kaki dari Munta ke Tureng sepanjang 2 kilo, sementara penumpang dari Pateng berjalan kaki sepanjang 7 kilometer. Kendaraan yang nekat jalan saat itu akhirnya mengalami kerusakan mesin sehingga mogok berhari-hari di sana," kata Walburgus Abulat warga asal Reok Barat kepada tvOnenews.com, Rabu (17/8/2022).
Buruknya infrastruktur jalan di Reok Barat kata Abulat, membuat ekonomi masyarakat merayap. Padahal kawasan itu dikenal sebagai penghasil komoditi dan penyangga pangan untuk Kabupaten Manggarai.
Pria kelahiran kampung Tureng itu menilai pemerintah kabupaten dan provinsi sama-sama pasif tanpa melakukan perbaikan darurat pada titik-titik jalan yang rusak parah.
"Bahwa itu jalur provinsi benar. Tapi dalam keadaan darurat pemerintah daerah juga ikut diam begitu. Masyarakat sudah menunggu belasan tahun tapi tidak ada perbaikan pada jalan tersebut," keluh Walburgus.
"Harapan saya sebagai putra Tureng di saat HUT ke-77 RI ini agar pemerintah, presiden, gubernur, bupati, supaya perhatikan pembangunan infrastruktur dasar jalan, air, dan listrik," tutup dia.
Belajar Pakai Lampu Minyak
Selain persoalan infrastruktur jalan, Kecamatan Reok Barat juga dikenal masih terbelakang lantaran banyak desa di sana yang dari dahulu kala tidak teraliri listrik PLN seperti kampung Munta, Tureng, dan Sambor.
Kondisi tersebut membuat anak-anak sekolah di daerah itu terpaksa belajar menggunakan lampu minyak atau lampu pelita pada malam hari.
"Di saat usia kemerdekaan kita sudah 77 tahun tapi masih banyak desa di Manggarai yang belum teraliri listrik PLN. Saya menyaksikan anak-anak kita di Tureng dan Desa Nggalak belajar dengan lampu pelita saja sedih sekali. Rasa-rasanya lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan di sekolah-sekolah hambar karena anak-anak kita tak menemukan makna kemerdekaan yang sebenarnya," sebut Pater Paskal Semaun.
Misionaris Katolik yang bertugas di Paraguay ini sedang mengambil cuti selama tiga bulan di Tureng, tanah kelahirannya. Dia mengaku sering menyaksikan ironi pembangunan di kampungnya.
Di sela-sela liburannya ia berupaya bertemu pimpinan PLN di Ruteng untuk meminta listrik PLN di kampungnya dan desa-desa sekitar yang belum menikmati listrik PLN.
"Sudah bertemu pimpinan PLN juga. Pak Anggit Manajer PLN Ruteng janji Agustus ini akan survei lokasi. Mudah-mudahan janjinya benar," katanya.
Dalam HUT ke-77 Kemerdekaan ini ia berharap agar masyarakat yang masih tertinggal bisa dimerdekakan.
"Melihat realitas yang ada di Tureng, Sambor, Desa Nggalak, Kecamatan Reok Barat, jalan jelek dan PLN belum ada, sebenarnya di wilayah ini belum merdeka dan aku malu bahkan bertentangan dengan hati nurani di HUT ke-77 Kemerdekaan RI hari ini, aku mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Indonesia Rayanya di mana, ya?" sindir Pastor Paskal.
Dituntaskan Tahun 2023
Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur Ferdi Mui menyampaikan, bahwa perbaikan jalan provinsi dari Kedindi sampai ujung hotmix di Rego, Kecamatan Pacar yang dibangun dari arah Manggarai Barat tahun 2021 akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2023 mendatang.
"Anggaran untuk perbaikan jalan provinsi di Reok Barat sampai ke perbatasan Manggarai Barat sudah ada. Sudah dibahas pada KUA-PPAS anggaran induk 2023 sebesar lebih dari Rp40 miliar sepanjang 30 kilo," kata Ferdi Mui dihubungi terpisah.
Politisi Partai Nasdem ini berkata, upaya perbaikan jalan rusak yang selalu dikeluhkan warga Kecamatan Reok Barat sudah direspons oleh Dinas PUPR Provinsi NTT.
Upaya ini kata dia, sekaligus untuk menuntaskan janji Gubernur NTT, Viktor Laiskodat di mana perbaikan ruas jalan provinsi di Manggarai Raya harus tuntas pada tahun 2023.
"Harapan saya sebagai putra Tureng di saat HUT ke-77 RI ini agar presiden, gubernur, bupati supaya perhatikan pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, air, dan listrik wilayah kami," tutupnya.
"Hotmix mulai dari dari perbatasan ujung aspal Rego-Pateng-Kajong-Wontong sampai Kedindi. Jalurnya ikut Wongtong belok kanan ikut jalan lama sekitar 30 kilometer dikerjakan tahun depan. Sesuai janji pak VBL (Viktor Bungtilu Laiskodat) jalur provinsi tuntas sebelum kepemimpinanya berakhir. Tahun depan (2023) semua janji politik diupayakan harus tuntas," klaim Ferdi Mui.
Sedangkan untuk persoalan elektrifikasi di sejumlah wilayah di Manggarai dan Manggarai Timur juga sudah dilaporkan kepada pihak PLN NTT.
"Kemarin ketemu GM (General Manager) PLN NTT kita sudah sampaikan. Kita minta selesaikan titik di Manggarai Raya yang belum. Termasuk di Pota kita minta tarik dari Riung. Kemudian Elar tahun ini masuk lagi pengerjaan tiang. Yang belum ke arah Bari juga. Kita tetap mendesak PLN supaya dituntaskan tahun 2022 dan 2023," pungkas Mui. (jku/act)
Load more