“Yang saya kecewakan, bapak kepala sekolah justru mengambil anak-anak itu sebagai kekuatan bagi dia mau menghancurkan marwah pendidikan. Ketika kita mengambil anak-anak kecil yang seperti ini, usianya di bawah 17 tahun, itu membuat dunia pendidikan hancur karena mereka itu adalah masa depan gereja, masa depan bangsa dan negara serta masa depan dari keluarga masing-masing,” tambahnya.
Saat ini, Melki Sobe menuduh balik Kepsek SMKN 1 Wae Ri’i Feridianus Tahu sebagai pembuat skenario pelecehan seksual.
Sebab, Melki Sobe menganggap dirinya sebagai saksi kunci kasus pemalsuan absensi sekolah milik Yustin Romas setelah dilengserkan pada 2020. Ini menyebabkan Ferdianus Tahu yang kemudian ditunjuk menggantikan Yustin Romas sebagai kepala sekolah.
“Praduga saya skenario FT (Ferdianus Tahu) untuk menjatuhkan saya itu adalah kepala sekolah yang sementara ini tersandung kasus sebelumnya absensi palsu yang sementara berjalan di Kejaksaan Negeri. Sehingga, skenario itu menurut saya adalah skenario yang membuat saya jatuh dan terganggu sebagai saksi kunci dari persoalan ini. Saya adalah saksi kunci di mana perkara ibu Yustin Romas mulai dari PTUN Kupang sampai PTUN Surabaya. Adapun sampai hari ini juga sedang berjalan di pengadilan Negeri Ruteng. Saya sendiri juga sebagai saksi kunci,” kata Melki Sobe.
Dia kemudian membantah keterangan Ferdianus Tahu di media yang menyebut setelah pengaduan pertama pada Oktober 2022, Melki Sobe ternyata masih mengulangi perbuatannya.
Melki Sobe juga tidak menampik adanya surat pernyataan yang dibuatnya sendiri yang menyatakan cara mengajarnya harus diubah dan berjanji tidak mengulangi perbuatan yang diadukan siswa.
“Betul sekali. Waktu itu sekitar tanggal 25 Oktober tahun 2022. Saya dipanggil oleh kepala sekolah. Di hadapan dia, empat mata bersama saudara FT, saya mengatakan bahwa pelecehan seksual seperti apa yang bapak sampaikan. Nah, waktu itu dia sampaikan bahwa Pak Melki selalu menyentuh tubuh anak-anak waktu mengajar di kelas. Saya menjawab: Ya betul,” lanjutnya.
Load more