“Seperti yang kita tahu selama pandemi, semuanya begitu sulit di Bali, banyak pelaku industry makanan yang menutup usahanya, dan ini juga mengganggu rantai suplai makanan, jadi tak banyak produk Australia yang diserap industry hotel dan restoran pada saat itu,” katanya.
Dibukanya penerbangan internasional dan makin longgarnya PPKM membuat wisatawan mulai ramai dan industri pariwisata di Bali pun kembali bergairah.
“Kini kami ingin merayakan kedatangan turis Australia kembali dan kembali bergairahnya pelaku usaha perhotelan dan restoran fine dining di Bali, kami ingin mereka kembali menggunakan produk-produk Australia, itu sebabnya kami mengambil tema taste and create, untuk menginspirasi para chef untuk menggunakan produk Australia,” ujarnya.
Australia sendiri merupakan penyumbang wisatawan terbesar ke Bali, hal ini membuat pemerintah Australia menginginkan warganya tidak kesulitan mendapatkan suplai makanan seperti di negara asalnnya saat berlibur ke Indonesia.
“Indonesia sangat penting bagi Australia bukan hanya dalam perdagangan, namun juga interaksi antar masyarakatnya, salah satu eksport terbesar Australia adalah wisatawannya yang menjadi penyumbang terbesar ke bali dan menghabiskan uang nya saat berlibur di Bali, mereka ini tentunya mencari pengalaman kuliner, akan lebih baik jika tersedia produk yang bervariasi dari lokal hingga internasional bagi mereka selama berlibur di Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan “Taste and Create with Australia” ini akan diikuti serangkaian kegiatan di tiga kota yakni di Jakarta, Bali dan Surabaya.
Chef eksekutif hotel St Regis Nusa Dua, Bali, Agung Gede yang menampilkan enam menu olahan daging dan sayuran dari Australia dalam kegiatan ini menyatakan dirinya memang kerap menggunakan daging sapi dan domba Australia karena kualitas produknya.
Load more