Cirebon, Jawa Barat - Ratusan warga binaan Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) Kelas I Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, selama bulan Ramadhan 1444 H mengikuti kegiatan pesantren kilat di dalam lapas. Program tersebut adalah untuk mengentaskan buta huruf Al Quran dikalangan warga binaan.
Bulan Ramdhan biasanya digunakan oleh banyak orang untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanallahuwata'ala. Salah satu ibadah yang memiliki derajat yang tinggi adalah membaca Al Quran.
Bulan Ramadhan juga dikenal sebagai bulan Al Quran dan momen ini bisa digunakan oleh banyak kalangan untuk mentadaburi dan mempelajarinya. Hal itu seperti yang dilakukan oleh warga binaan Lapas Kelas I Kesambi, Kota Cirebon, yang kini berstatus sebagai santri pesantren kilat yang digelar oleh lapas.
Kalapas Lapas Kelas I Kesambi, Kadiyono mengatakan di Lapas Kelas I Kesambi, Kota Cirebon, mereka dibekali ilmu agama, baik Islam, Kristen, Hindu, dan lainnya, sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Seperti narapidana yang beragama Islam, mereka mendapatkan beragam ilmu pengetahuan tentang agama, mulai dari bacaan Al-Quran, pengetahuan ilmu fiqih, tauhid dan lainnya.
"Kami mempunyai program pemberantasan buta huruf Al-Quran, di mana para narapidana mendapatkan bimbingan dari santri Ponpes Buntet, dan juga warga binaan yang sudah paham," kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Kesambi Kota Cirebon Kadiyono di Cirebon, Selasa.(28/03/2023).
Metode yang digunakan dalam pengajaran warga binaan mengadopsi sistem yang ada di pondok pesantren, di mana mereka nantinya akan mengikuti sesuai dengan kelas masing-masing, dan tingkatkannya akan disesuaikan dengan kemampuannya.
Pengajar dari Ponpes Buntet Cirebon Agung Firmansyah mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Lapas Kelas I Kesambi Kota Cirebon, selama dua tahun dalam memberikan ilmu pengetahuan agama bagi para narapidana.
Nantinya metode yang digunakan akan sama persis dengan apa yang diajarkan di pesantren, bahkan ada sistem musyawarah, di mana pengajar dan narapidana akan berdiskusi terkait pengetahuan agama, seperti tauhid atau ketuhanan, ilmu fikih, akhlak, dan membaca Al-Quran.
Metode tersebut diharapkan bisa menjadikan narapidana lebih baik dalam memahami, bukan hanya sekedar mendengarkan ceramah saja, akan tetapi berinteraksi satu sama lainnya.
(esn/ fis)
Load more