Bekasi, tvOnenews.com - Batalnya perpisahan siswa kelas XII sekolah MAN 1 ke Yogyakarta untuk kedua kalinya, membuat kekecewaan siswa, wali murid dan juga guru. Menurut Siti Badriyah, Ketua Panitia yang juga merupakan guru MAN 1 mengatakan, dipilihnya EO Jogja Holiday Center (JHC) merupakan hasil poling dari para siswa, setelah sejumlah EO melakukan presentasi.
"Kemarin ada 5 yang masuk ke kita, JHC bukan yang pertama, kemudian setelah presentasi semuanya, kita tidak ada intervensi, kita serahkan kepada siswa. Setelah kita tunggu lewat google form paling banyak JHC, karena memang presentasi dan penampilannya begitu manis kita juga ternyata kurang ini ya, karena pertama itu katanya alumni MAN kemudian waktu presentasi itu fasilitasnya paling bagus diantara dari yang lain, hotel bintang 4 saat itu disebutkan hotelnya adalah Abadi blablabla, doorprice banyak, paling bagus paling mewah di antara 4," beber Badriyah.
Namun sayangnya, ucapan manis pemilik EO tidaklah sesuai realita. Bahkan menurut panitia, mereka kesulitan mendapat informasi nama hotel menginap serta bus. Setiap kali ditanya, hotel yang akan digunakan siswa kerap berganti nama serta tersangka selalu marah kepada guru yang menurutnya ikut campur dalam study tour tersebut.
"EO ini memang harusnya mah terbuka di hotelnya Ini busnya ini, kalau kita tanya busnya alamat dimana itu marahnya bukan main, katanya kita mencampuri urusan dapur akhirnya kita tahanlah. Dalam MoU kita sebagai konsumen punya hak tau hotelnya apa, busnya yang mana, ini sampai keberangkatan ga pernah (dikasih tau) bahkan yang marah orang tua murid. Jadi kita telpon nama hotel yang disebut pemilik ternyata memang tidak ada hotel yang dibooking, jadi artinya dia memang sengaja melakukan penipuan dan penggelapan," ungkap Badriyah.
Menurut Badriyah, pihak sekolah menggunakan jasa EO lantaran biaya yang dikeluarkan telah lebih dari Rp 100 juta.
"Mohon maaf untuk perjalanan di atas 100 juta kita harus ada pihak ketiga jadi pakainya EO," tegasnya.
Badriyah menegaskan, wisata ke Jogja bukanlah program sekolah melainkan bentuk aspirasi atau keinginan para siswa yang hendak perpisahan sekolah. Dari setiap perwakilan kelas 12, mereka banyak yang meminta untuk perpisahan ke Jogjakarta.
"Permintaan siswa. Ini bukan program sekolah saya luruskan, bukan program sekolah dalam artian tidak digulirkan di awal tahun bersama komite, orang tua, dan guru tidak. Tapi program ini muncul dari perwakilan masing masing kelas sampe 10 kelas ke kepala sekolah, agar kami para kelas 12 diadakan perpisahan," tutupnya.
(kdh/ fis)
Load more