Kepala Dusun Pangauban menyatakan, bahwa terdapat 70 pedagang tas keliling yang memang dianggap sukses hingga memiliki rumah mewah. Di Kampung ini ia menyatakan tak ada yang menganggur, bahkan menyerap tenaga kerja sebagai penjahit tas dari luar kampung.
"Disini tak ada yang menganggur, pemuda, ibu rumah tangga ikut bantu suaminya menjahit juga. Jadi misal kalo anak keluar sekolah langsung belajar menjahit tas langsung kerja, jadi gak ada istilah lulus sekolah warga sini bekerja ke luar kota atau bekerja ke pabrik," kata Deni Ramdani, Kepala Dusun Pangauban.
Ia menambahkan bahwa pemberian nama Kampung Sultan dianggap biasa saja, karena memang sudah sejak lama Dusun Pangauban seperti ini.
"Biasa saja pak, gak ada keistimewaan disebut kampung sultan. Intinya mau bekerja keras, sehingga bisa sukses, mereka warga sebagai pedagang tas sekolah dan berdagang keliling sampe luar Jawa," tutupnya.
Menyimak fenomena Kampung Sultan di Garut, mengajarkan bahwa setiap manusia yang mau bekerja keras maka hasilnya tak akan mengecewakan. Selain membutuhkan pengorbanan yang perih, contoh pedagang tas sekolah di Dusun Pangauban memberi makna, bahwa tak ada yang datang tiba-tiba kepada kita, sehingga perlu proses dan perjuangan.
(thh/ fis)
Load more