Jakarta, tvOnenews.com - Allahu Akbar, Allahu Akbar, itulah teriakan N, salah seorang siswa SMK Lingga Kencana, Depok, Jawa Barat, saat mengalami kecelakaan pada 11 Mei silam di di daerah Ciater, Subang, Jawa Barat. 11 nyawa melayang, akibat kecelakaan tersebut. Sembilan siswa dan seorang guru serta seorang pengendara motor meninggal akibat insiden nahas tersebut.
N mengaku sempat melakukan siara langsung atau live TikTok melalui akunnya sebelum kecelakaan terjadi. Dia mengatakan, saat live streaming, bus masih berjalan normal. Namun, belum lama live TikTok, kata N, bus tiba-tiba oleng dan ada pemberitahuan bahwa bus mengalami rem blong.
N yang panik hanya berusaha pegangan dan memeluk handphonennya. N pun tidak tersadar saat bus terguling dan mengalami kecelakaan mengerikan. N menduga dirinya terpental ke kaca depan, lalu tak sadarkan diri.
"Saya nggak sadar, nggak tahu pasti, tiba-tiba sudah di luar. Kemungkinan saya terpental lewat kaca depan (bus), ke pasir-pasir. Lalu, saya jalan ke warung untuk menenangkan diri," ujar N.
N pun menambahkan bahwa sebelum melanjutkan perjalana, bus tersebut memang mengalami masalah. Sopir dan kernet, kata N, sempat mengecek bus.
"Iya ada ngecek-ngecek gitu, entah rem atau apa saya kurang tahu," ujar N.
Kronologi Kecelakaan Sebelumnya, sopir bus, Sadira mengatakan, rombongan awalnya berangkat dari Depok menuju Bandung pada Jumat(10/05/2024). Tiba di Bandung, rombongan lalu menginap di daerah Cihampelas. Saat itu, kata Sadira, kondisi bus masih normal. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tangkuban Perahu.
"Nah, di Tangkuban Perahu, saya sudah terasa tuh di atas," kata kata Sadira, diwawancarai tvOne, Minggu (12/05/2024).
Sadira merasakan rem bus mengalami masalah hingga dirinya memanggil montir terdekat untuk melakukan perbaikan.
"Dikirimkan montir agar stabil kembali. Nah, dari situ ya kita kembali turun untuk mengarah ke Depok. Kan udah disetel kan sama montir, ya aman," ujar Sadira.
Rombongan selanjutnya mampir ke sebuah rumah makan yang terletak di daerah Ciater. Saat itu Sadira kembali memeriksa rem sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Depok. Ketika melanjutkan perjalanan, Sadira merasakan rem bus tidak berfungsi.
"Saya baru terasa, kok ini angin habis? Ternyata begitu masuk gigi itu sudah nggak bisa karena posisi rem masih diinjak, mau masuk gigi itu udah nggak bisa. Saya lihat anginnya habis," ungkap dia.
Sadira pun menyadari bahwa busnya bakal mengalami kecelakaan, karena rem tidak berfungsi atau blong. Dia kemudian meminta seluruh penumpang untuk berpegangan.
"Saya inisiatif untuk mencari tempat yang turunan, bukan bahu jalan, tapi jalan penyelamat. Ternyata tidak ada," kata dia.
Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jabar menetapkan Sadira (51) sopir Bus Trans Putera Fajar sebagai tersangka kasus kecelakaan maut di Jalan Raya Ciater, Subang, Sabtu (11/05/2024) kemarin. Bus yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Kota Depok tersebut mengalami kecelakaan hingga menyebabkan 11 meninggal dunia.
"Dari hasil pemeriksaan penyidik Unit Laka Lantas Polres Subang dan Direktorat Lalu Lintas Polda Jabar menetapkan sopir Bus Trans Putera Fajar bernama Sadira sebagai tersangka dalam kecelakaan bus," kata Dirlantas Polda Jabar Kombes Pol Wibowo, Selasa (14/05/2024) di Subang.
Wibowo mengatakan telah melakukan langkah penyelidikan secara cepat. Penyelidikan melakukan metode traffic accident analysis yang dilakukan Ditlantas Polda Jabar, Satlantas Polres Subang dan Korlantas Polri.
"Kami telah melakukan pemeriksaaan secara estafet hingga hari ini terhadap 13 orang, pengemudi, kernet, penumpang bus, masyarakat yang mengetahui peristiwa ini, dua saksi ahli, pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Subang dan pihak agen travel," ucapnya.
Wibowo juga mengungkapkan pihaknya juga telah memeriksa fisik bus yang terguling. Hasil penyelidikan, tidak ditemukan bekas pengereman dan hanya didapati tanda gesekan bus dan aspal.
"Hasil olah TKP tidak ditemukan bekas pengereman yang ada hanya bekas tanda gesekan bus dan aspal. Artinya kendaraan saat melaju hingga terjadi kecelakaan tidak menggunakan rem," ungkapnya.
Wibowo melanjutkan didapati fakta bahwa sopir bus mengetahui kondisi rem bus bermasalah. Hal itu didukung oleh fakta bahwa sopir sempat memperbaiki rem bus dua kali di dekat Gunung Tangkuban Parahu dan di rumah makan di Ciater.
"Pertama di dekat Gunung Tangkuban Parahu diperbaiki oleh mekanik atas panggilan dari sopir. Setelah bus melaju, permasalahan rem kembali terjadi saat bus berhenti di rumah makan, Bang Ajun di Ciater. Sopir dan kernet mencoba kembali memperbaiki salah satu komponen rem," terang Wibowo.
Sebelum kejadian ini, seorang ibu sempat berkomunikasi dengan anaknya yang menjadi korban tewas akibat kecelakaan bus siswa SMK Lingga Kencana ini. Ibu dari korban tewas Mahesa Putra, Rosdiana menceritakan ketika dirinya terakhir kali berkomunikasi dengan anaknya pada pukul 16.30 WIB.
“Komunikasi terakhir WhatsApp di mana? Sudah jalan pulang? Katanya belum masih makan. Setelah makan baru pulang. Itu jam setengah 5. Waktu dia masih di Subang,” ungkap Rosdiana kepada tvOne pada Minggu (12/05/2024). B
Rosdiana mengatakan Mahesa merupakan anak pertama dari empat bersaudara yang memiliki cita-cita menjadi pemain futsal.
“Cita-citanya ingin jadi pemain futsal. Apapun kegiatannya yang menyangkut sepak bola pasti dia ikut,” ungkapnya.
Rosdiana mengungkapkan bahwa Mahesa ingin kerja sambil kuliah setelah lulus dari SMK ini.
“Dia ingin bahagiakan ibu dan adik-adiknya,” terang dia.
Begitu banyak cerita sedih yang diakibatkan oleh kecelakaan bus maut yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok. Banyak bus yang tidak layak jalan masih beroperasi, menimbulkan risiko tinggi bagi penumpang.
(tim/lis/adw/fis)
Load more