Dengan banyaknya serangan oleh satwa liar macan ini, warga menjadi resah dan sempat mengumpulkan warga lainnya yang mempunyai senjata untuk memburu macan tersebut.
Hal itu dilakukan, karena selain menderita banyak kerugian, warga juga banyak yang melakukan kegiatan malam hari takut jika tiba-tiba diserang oleh macan di kebun atau hutan.
Menurut Komarudin, anggota Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) mengatakan bahwa 27 ekor kambing yang mati ini dimangsa satwa liar pada kurun waktu 19 Maret-24 Mei 2024.
“Awalnya kami mendapat laporan dari anggota BPBD Kecamatan Pangkalan, perihal keresahan warga ini, juga ada niatan untuk memburu satwa liar yang memangsa ternak. Jadi bersama perangkat desa didampingi pak Bhabin dan Babinsa kami melakukan asessment ke lapangan untuk mengumpulkan data yang akan dilaporkan ke markas kami dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat," katanya.
Laporan Komarudin, di lapangan memang ditemukan beberapa jejak karnivora besar di lokasi konflik satwa liar ini, termasuk di beberapa gua yang menurut laporan masyarakat menjadi tempat satwa liar ini membawa mangsanya.
“Ada beberapa cakaran pohon, dan jejak darah di salah satu gua. Dugaan sementara dari jejak yang ada di lapangan merupakan jejak karnivora besar," kata dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) IV Purwakarta BBKSDA Jawa Barat Vitriana Yulalita mengatakan bahwa satwa macan tutul Jawa merupakan satwa kebanggaan yg telah ditetapkan sebagai satwa identitas provinsi Jawa Barat.
Load more