Ciamis, Jawa Barat - Satwa dilindungi jenis Panthera pardus atau macan tutul ditemukan mati oleh warga di area perkebunan di Suaka Margasatwa Kaki Gunung Sawal di Desa Jalatrang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Warga menemukan macan tutul mati tersisa hanya tulang belulang saja. Lantaran yakin tukang itu adalah satwa yang dilindungi, warga kemudian melaporkannya Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah III Ciamis.
Petugas BKSDA Ciamis yang datang ke lokasi, langsung membawa seluruh tulang belulang tersebut ke kantor BKSDA untuk proses identifikasi. Hasilnya, pencocokan data memastikan tulang belulang itu adalah jasad Si Abah, macan tutul penguasa Gunung Sawal Ciamis.
"Setelah kami cocokkan datanya, tulang itu merupakan jasad dari Si Abah," ucap Kepala BKSDA wilayah III Ciamis, Andi Witria kepada tvonenews.com, Rabu (9/2/2022).
Andi menambahkan, kematian si Abah terjadi 2 bulan lalu dan mati secara alami karena faktor usia. Abah diketahui sudah berusia 14 tahun. Petugas BKSDA juga tidak menemukan zat kimia seperti racun di bekas tulang Abah.
"Kami meyakini Abah mati secara alami karena masih terdapat sisa kulit yang menempel di tulang dan terdapat belatung," tambah Andi.
Dikatakan Andi, faktor lain penyebab matinya Abah karena sudah tersingkir dari daerah kekuasannya lantaran Abah sudah tua sehingga sulit bersaing dengan macan tutul muda dalam mencari makan.
Sebelumnya bulan September 2018 dan bulan Juni tahun 2020 lalu, Abah pernah masuk perangkap yang dipasang warga di kawasan suaka margasatwa kaki Gunung Sawal. Petugas BKSDA kemudian melepaskannya kembali ke habitatnya.
Tulang belulang Abah yang terkumpul itu kini tengah direkonstruksi oleh petugas dari BKSDA Ciamis dan Laboratorium Zoologi Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan nantinya akan dibuat patung tulang Abah untuk dimuseumkan.
Kini setelah kematian Abah, tersisa hanya 10 ekor Panthera pardus atau macan tutul di kawasan Gunung Sawal. Selain macan tutul, di kawasan Gunung Sawal juga terdapat habitat hewan lainnya seperti elang jawa, babi, musang, monyet, kukang, dan rusa. (Aditya Tri Wahyudi/act)
Load more