tvOnenews.com - Program Jari Tangan Pertamina EP mengantongi Bronze Award untuk kategori Best Practice in Community Development pada ajang Corporate Sustainability Award (ICSA) 2024, yang digelar akhir November lalu. Pencapaian ini menunjukkan keberhasilan program Jari Tangan dalam memadukan inovasi sosial dengan keberlanjutan lingkungan di Kabupaten Indramayu.
Ajang yang diselenggarakan oleh OlahKarsa yang berkolaborasi dengan IBCSD (Indonesia Business Council for Sustainable Development) ini memberikan apresiasi atas kontribusi Perusahaan dengan program yang menginspirasi dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Indonesia.
“Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas upaya kami dalam menjalankan program Jari Tangan, yang tidak hanya memberi manfaat bagi masyarakat, tapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan,” ujar Wazirul Luthfi, Head of Communication, Relation & CID Pertamina EP area Jawa bagian barat.
Program Jari Tangan, akronim dari Kerja Tani Berdikari dan Tahan Pangan, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas padi melalui penggunaan pupuk organik. Melalui pendampingan kepada empat kelompok tani di Kabupaten Indramayu dan Majalengka, Pertamina EP mendorong pemanfaatan limbah atau kotoran hewan menjadi bahan baku input pertanian. Hasilnya sepanjang 2024, kelompok Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH) Sri Trusmi Satu mampu memproduksi pupuk organik cair sebesar 2.580 liter dan pupuk organik padat sebanyak 4.065 kg, yang diproduksi secara komersial dan telah diperjualbelikan di Indramayu, Cirebon, Kuningan, dan Subang, dengan omzet mencapai Rp84.735.000.
Indramayu merupakan salah satu lumbung padi produktif nasional. Menurut data BPS 2022, produksi gabah kering giling (GKG) dari daerah ini mencapai 1,4 juta ton per tahun, dengan luas lahan sawah mencapai 110.913 hektar, atau setara 54,4% dari total luas wilayahnya. Area Lahan Sawah Dilindungi (LSD) di kabupaten ini mencapai 122.000 hektar.
Kebalikannya, mengacu data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), kondisi 69% tanah pertanian di Indonesia rusak parah akibat pengelolaan yang kurang tepat. Di Kabupaten Indramayu, penggunaan pupuk kimia masih mendominasi dan ketersediaan pupuk sulit ditemukan terlebih di saat musim tanam. Petani pun menjerit.
Load more