Sementara salah satu sopir angkot, Dodi (42) menambahkan, trayek lama itu diterapkan sejak 1999 lalu sehingga kan sangat berdampak bagi para sopir saat trayek tersebut diterapkan dan diubah secara sepihak.
“Pertama mungkin dampak awal dari ini penambahan bensin karena jalur itu jauh, kedua tingkat kriminalitasnya lebih banyak karena di sana ada pedagang asongan yang sengaja jual paksa. Ketiga kalau awal untuk pendapatan driver pasti berkurang karena belum ada sosialisasi ke pihak penumpangnya,” ujarnya
Lanjut kata Dodi pihaknya memang menerima sosialisasi dari Dinas Perhubungan. Namun setelah dipertimbangkan oleh para sopir angkot pihaknya menolak.
“Harusnya keputusan itu nggak bisa diambil sepihak, pihak driver diikutsertakan artinya tidak merugikan driver atau tidak merugikan pihak-pihak lain. Saling menguntungkan lah,” tuturnya.
“Kalau yang saya tampung keinginan driver kembali seperti semula. Penerapan trayek lama ini tidak diberlakukan lagi tetap pengennya seperti semula dari tahun 1999 sampai sekarang,” pungkasnya. (Rizki Gustana/act)
Load more