Cirebon, Jawa Barat - Sebanyak 3 ruang laboratorium SMPN 1 Kaliwedi, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon ambruk.
Penjaga sekolah SMPN 1 Kaliwedi, Haris mengatakan, bangunan yang ambruk diduga akibat kondisi material yang sudah rapuh termakan usia.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, karena kejadiannya sore sekitar pukul 15.00 WIB. Memang sekolah juga sudah lama kosong karena belajarnya secara online," katanya Rabu (11/05/2022).
Haris menceritakan, ambruknya bangunan tersebut diketahui pertama kali oleh warga sekitar, yang rumahnya tidak jauh dari gedung SMPN 1 Kaliwedi, Kabupeten Cirebon, Senin (9/5/2022) sore.
"Ya ambruk begitu saja, tidak ada tanda-tanda memang bangunannya juga sudah sangat mengkhawatirkan," bebernya.
Haris baru mengetahui bangunan laboratorium itu ambruk saat melakukan pengecekan rutin, mengelilingi sekolah pada malam hari.
"Sudah kosong tidak terpakai sejak satu tahun terakhir, karena melihat bangunannya sudah rapuh, komputer, dan peralatan lab lebih dulu dipindahkan," ucapnya.
Meski demikian, material bangunan yang ambruk mengenai 20 mesin jahit yang biasa digunakan siswa untuk praktik dan belum sempat dipindahkan.
"Hanya mesin jahit yang masih ada di dalam. Kalau peralatan lab seperti komputer, mikroskop dan lain-lainnya sudah dipindahkan ke ruangan lain, jadi aman,” kata Haris.
Dikatakan Haris, ketiga ruangan tidak ambruk secara bersamaan. Melainkan satu ruangan sudah ambruk lebih dulu sekitar dua bulan lalu.
“Itu memang karena susunannya sudah melengkung sejak lama, kuda-kudanya juga sudah rapuh,” paparnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Kaliwedi, Basir menyampaikan, ambruknya bangunan tersebut sudah ditinjau langsung oleh Plt Kadisdik Kabupaten Cirebon kemarin.
Dari hasil tinjauan tersebut, pihak Disdik menyarankan pihak sekolah untuk mengajukan permohonan penghapusan aset. Mengingat, bangunan yang ambruk tersebut memang sudah tidak difungsikan lagi sejak lama.
“Jadi biar tidak menambah beban biaya perawatan. Karena memang itu sudah tidak digunakan. Kebetulan ruangan yang ada masih cukup untuk menampung belajar para siswa,” tuturnya.
Hingga kini, Haris masih belum bisa mengambil keputusan resmi terkait langkah yang akan diambil, menurutnya hal ini perlu dilakukan musyawarah bersama.
“Sebelumnya dari kecamatan sudah menjanjikan akan dibangun pada tahun 2023. Makanya kami sekarang belum memutuskan apakah dibangun atau dihapus asetnya. Nanti musyawarah dulu,” ungkapnya. (esn/mg5/act)
Load more