Garut, Jawa Barat – Jembatan penghubung antara Kecamatan Banyuresmi dengan Kecamatan Karangpawitan di Garut ambruk diterjang banjir, pada Jumat (15/7/2022).
Hal ini menyebabkan puluhan siswa berangkat ke sekolah pakai perahu karet milik petugas gabungan. Mereka harus bergantian menunggu penyebrangan di hari pertama masuk sekolah.
Siswa harus antre hanya ada dua perahu yang disiagakan, yaitu perahu milik Sat Pol Airud Garut dan relawan arung jeram.
Akses menuju sekolah dan aktivitas warga mulai terganggu karena jembatan sudah sama sekali tak berdiri.
“Jembatanya putus. Pakai perahu nyebrangnya. Ya dikira enggak bisa berangkat sekolah, ternyata ada perahu,” kata Ledira, siswa SD yang menyebrang, Senin (18/7/2022).
Kapolsek Banyuresmi Kompol Sopian BJ mengatakan ada 60 sampai 70 siswa yang biasa pergi ke sekolah dengan menyebrang jembatan. Itu belum terhitung keperluan masyarakat.
"Ada sekitar 60 sampai 70 siswa dan warga yang pagi ini kita sebrangkan. Jadi memang jembatanya ambruk saat banjir Jumat kemarin. Sesuai masa tanggap bencana, kita siaga di lokasi pascabanjir,” kata Sopian.
Dia menambahkan terdapat penambahan wilayah terdampak bencana banjir.
Pemerintah Daerah Garut telah menetapkan 14 kecamatan berstatus tanggap bencana terdampak bencana. Padahal sebelumnya hanya 13 kecamatan saja yang terdampak.
Sekretaris Daerah Garut Nurdin Yana menyatakan ada 10 jembatan yang putus terdampak banjir. Pada masa recovery, maka akan menggunakan jembatan darurat.
"Jembatan kita ini ada 10, tapi sifatnya darurat dulu. Kita bisa gunakan pohon kelapa. Ini masih dalam hitungan kalkulasi kita, belum akumulasi. Hari ini akan kita laporkan kepada Pak Bupati,” ujarnya. (thh/nsi)
Load more