Kota Tangerang, Banten - Pihak penyidik Bareskrim Polri memutuskan untuk tak menahan Putri Candrawathi tersangka kasus pembunuhan berencana Brigadir J.
Masih memiliki anak berusia 1,5 tahun hingga kemanusiaan menjadi alasan penyidik tak melakukan penahanan terhadap istri dari Irjen Pol Ferdy Sambo tersebut.
"Terkait soal penahanan Ibu Putri, kami sudah mengajukan permohonan untuk tidak dilakukan penahanan karean alasan-alasan sesuai Pasal 31 ayat 1 KUHP. Itu boleh mengajukan permohonan dan kita mengajukan karena alasan kemanusiaan. Ibu Putri masih punya anak kecil dan Ibu Putri dalam kondisi tidak stabil," kata Kuasa Hukum Putri Candrawathi, Arman Hanis di Gedung Bareskrim Polri pada Rabu (31/8/2022).
N mengisahkan awal mula dirinya menjadi tahanan Lapas Wanita dan Anak Kelas II A Tangerang akibat terjerat kasus penyalahgunaan narkoba.
"Awal mulanya waktu lagi hamil saya ikut sama teman bawa narkoba, akhirnya saya pas pulang ada polisi semua. Akhirnya masuk penjara keadaannya lagi hamil empat bulan," kata N saat dijumpai di lokasi, Kota Tangerang, Banten, Kamis (8/9/2022).
Awan mulai menunjukkan mendungnya di tengah hujan rintik-rintik yang telah membasahi lingkungan rumah tahanan (Rutan) itu.
Tak sedikit para warga binaan pemasyarakatan (WBP) beraktivitas di tengah hujan.
Sesekali para warga binaan itu menghampiri N yang sedang bersama bayinya hanya sekedar menggendong sang anak.
Bahkan petugas Lapas turut serta kerap menghampiri N bersama sang bayi sembari bercengkerama ramah dan memanjakan sang bayi.
N kembali mengisahkan pengalaman pahit yang ia harus jalani sebagai narapidana Lapas Perempuan dan Anak Kelas II A Tangerang.
Saat awal memasuki ruangan di balik jeruji besi, rasa ketakutan akan kelahiran sang bayi terus mengahntuinya.
Hari demi hari dilalui N di dalam rutan itu sembari merawat sang bayi yang masih dalam kandungannya.
Hingga sang bayi yang ditunggu-tunggu lahir dengan selamat dengan bantuan dokter di Lapas Wanita dan Anak Kelas II A Tangerang.
"Kelahirannya pun dulu di rutan, sampai sekarang besar di sini," ungkapnya.
Rasa khawatir yang diarasan N terhadap kondisi lingkungan saat sang bayi hadir di dunia pun mulai pupus secara perlahan.
Dirinya yang ditemui memakai pakaian kaos berwarna hitam dan rambut yang dikuncir itu mengaku semua rasa kekhawatiran itu hilang.
Sebab, para petugas dan para tahanan wanita justru bersikap terbalik dari rasa kekhawatiran yang dipikirkannya sejak dirinya hamil hingga melahirkan sang bayi.
"Enggak sulit, mudah (membesarkannya-red). Karena di sini banyak yang bantu. Semua juga sayang sama anak. Semuannya, tanpa terkecuali sangat membantu sekali," kata ia sembari tersenyum melihat sang bayi yang sedang digendong seorang wanita petugas Lapas.
Di sisi lain, para WBP dan petugas lapas justru bergotong royong membesarkan sang bayi dengan memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan.
Bahkan, sang bayi jarang menangis saat berada di balik jeruji besi saat malam pun mulai menghampiri.
"Waktu hamil, waktu lahiran dalam pejara kaya gimana, ternyata sampai sekarang tidak ada kesulitan apapun. unutk bayi pun sangat layak. Pihak Lapas tidak semuanya, tapi di sini dibantu dari mamih-mamih dari orang dari di sini semua. Saya pun tidak pernah membeli apapun, jadi semuanya dari sini, saling membantu," katanya.
Harapan serta doa pun terus dipanjtakan oleh N untuk masa depan sang anak yang lahir dan besar di Lapas Wanita dan Anak Kelas II A Tangerang itu.
Ia pun percaya akan hal tersebut mengingat membesarkan anak di lingkungan Lapas Wanita dan Anak Kelas II A Tangerang tak seperti bayangan orang di luar sana.
"Jangan seperti ibunya, hanya itu saja. Cuma mungkin haparan saya sendiri, intinya saya tidak ingin anaknnya seperti saya. Walaupun di lingkungan seperti di sini seperti orang lain pikirkan, di sini saya bakal mendidik anak saya tidak seperti orang lain pikirkan," pungkasnya. (raa/mut)
Load more