Bogor – Ini kronologi mahasiswa IPB terjerat pinjol (pinjaman online). Kejadian dimulai dari kena tipu hingga dikejar-kejar debt collector.
Saat itu, panitia kegiatan membutuhkan dana untuk mendukung jalannya kegiatan kampus.
Atas arahan dari kakak tingkat di kampusnya, maka mahasiswa yang menjadi panitia kegiatan ini diperkenalkan dengan seorang wanita bernama AI.
AI meminta agar mahasiswa yang tergabung dalam kepanitiaan mengikuti saran dan petunjuknya dimana harus membuka sejumlah aplikasi belanja dan aplikasi pinjaman online.
Jika sudah, mahasiswa harus mengajukan kredit yang jumlahnya bervariasi, yakni antara Rp6- Rp29 juta. Lalu, mahasiswa diminta untuk berbelanja di aplikasi berbelanja.
AI yang mengaku tengah mempromosikan sebuah toko online di aplikasi belanja tersebut menjanjikan akan memberikan 10 persen keuntungan bagi mahasiswa yang berhasil menjual barang di toko yang ada di aplikasi itu.
Karena semangat untuk kepentingan suksesnya kegiatan kampus, mahasiswa pun berlomba mencari pembeli online.
Bahkan tidak hanya belanja, uang pun ditransfer ke rekening AI dan mendapat keuntungan 10% juga dengan proses pembayaran yang dijanjikan akan diselesaikan oleh AI.
Meski acara kampus berakhir dengan sukses, namun sedikitnya 126 mahasiswa IPB malah kena teror dan mendapat ancaman dari para penagih atau debt collector.
Mereka bahkan mengaku ada yang didatangi debt collector sampai ke rumahnya.
Orang tua mahasiswa yang kondisi ekonominya berada di atas rata-rata bisa diselesaikan oleh orang tuanya.
Sayangnya, sejumlah mahasiswa lainnya yang rata-rata baru semester 3 ini kebingungan dan takut lantaran utangnya terus ditagih.
Sebagian dari mereka malah menyelesaikan dengan menjual barang-barang milik pribadi seperti laptop, HP dan barang-barang lainya demi menutupi utang.
"Awalnya kami mengadakan kegiatan, lalu membutuhkan dana dan mendapat arahan dari kakak tingkat yang pernah bekerja sama juga dengan AI agar di-support project kami. Lalu, kami janjian dengan AI di kampus IPB dan diminta membuka aplikasi belanja dan aplikasi kredit. Lalu, kami diminta belanja oleh AI dengan imbalan 10 persen dari penjualan diperuntukan buat kegiatan acara kami,” ujar Aurel, salah satu mahasiswa IPB yang jadi korban penipuan.
4 Langkah yang Ditempuh Rektor Terkait Mahasiswa IPB Terjerat Pinjol
Soal mahasiswa IPB terjerat pinjol, Rektor IPB Arif Satria segera menempuh empat langkah ini.
Dia mengatakan pihak kampus telah mempelajari kasus ini dan sudah mengambil langkah cepat terkait mahasiswa IPB terjerat pinjol.
"Pertama, membuka posko pengaduan. Kedua, memilah-milah tipe kasus yang ada. Saat ini, sedang kami petakan tipe masalahnya," ujar Arif, Selasa (15/11/2022).
Ketiga, lanjuti Arif, pihak kampus mempersiapkan bantuan hukum untuk mahasiswa IPB terjerat pinjol.
Keempat, IPB akan melakukan upaya peningkatan literasi keuangan untuk para mahasiswanya.
Selain keempat langkah itu, IPB juga sedang dalam komunikasi dengan para mahasiswa yang diduga terjerat kasus ini.
Kepala Biro Komunikasi IPB University Yatri Indah Kusumastuti menyatakan sangat prihatin mendapati beredarnya berita mahasiswa IPB terjerat pinjol.
"Saat ini, melalui para wakil dekan, kami sedang mengumpulkan data dan melakukan crosscheck serta mendalami informasi yang kami peroleh," kata Yatri.
Pasalnya, mahasiswa IPB terjerat pinjol didatangi penagih utang ke rumahnya untuk menagih utang yang berkisar antara Rp3 juta-Rp13 juta.
Padahal, awal mulanya mereka berinvestasi untuk jualan online. Namun, nyatanya tidak menguntungkan.
Para mahasiswa diduga terpengaruh oleh kakak tingkatnya untuk masuk ke grup WhatsApp usaha penjualan online.
Mahasiswa IPB terjerat pinjol diminta investasi ke usaha tersebut dengan keuntungan 10 persen per bulan dan meminjam modal dari pinjaman online.
Namun, keuntungan tidak sesuai dengan cicilan yang harus dibayarkan kepada pinjaman online hingga para mahasiswa mulai resah saat ditagih debt collector.
Kini, mahasiswa IPB terjerat pinjol mulai berinisiatif melapor ke Polresta Bogor Kota. (usn/ant/nsi)
Load more