“Anjloknya itu sangat jauh sekali signifikan istilahnya. Karena semula itu harga gabah ditingkat petani Rp 6.200 sampai Rp 6.500, menjadi Rp 5.200 sampai Rp 5.500,” ujar Kamelan, Kamis (23/2/2023).
“Harga segitu itu dibeli oleh semacam bandar atau penebas. Jadi kita tidak bisa mengakses ke Bulog, memang lewatnya harus lewat ke penebas atau bandar. Padahal informasi yang saya dapatkan, harga ditingkat konsumen tinggi kenapa di tingkat petani harganya anjlok,” lanjutnya.
Menurut Kamelan, harga jual gabah di tingkat petani idealnya diatas Rp 6.000 per kilogramnya. Apalagi pupuk non subsidi mengalami kenaikan hingga 50 persen.
Sementara untuk obat-obatan dan pestisida bisa naik hingga 30 persen. Belum lagi ditambah tenaga kerja dari tanam hingga panen juga naik. Sementara pupuk subsidi terkadang juga sulit untuk didapatkan.
“Untuk harga saat ini ya kurang lah untuk membalikkan modal. Masalahnya biaya produksi untuk pertanian sekarang mahal, pupuk mahal, biaya lain lain seperti pestisida, buruh kerja di sawah, solar juga sulit kalau beli yang non subsidi sangat mahal juga itu,” pungkasnya.
Para petani di Pati berharap pemerintah bisa memberikan solusi terbaik bagi kelangsungan hidup petani. (Arm/Buz)
Load more