"Ini menghidupkan mesin kapalnya pakai kapas yang diberi minyak kelapa. Lalu dibakar dan diletakkan di dalamnya. Panasnya nanti akan membuat pipa kecil di bagian belakang menghasilkan gelembung di air dan mendorong kapalnya jadi jalan. Anak-anak senang dengan kapal klotok itu," kata Kamin.
Ia mengaku, dalam sehari bisa menjual 15 kapal klotok. Kalau di lokasi yang ramai bisa lebih dari itu.
"Saya ambil dari perajin di Cirebon, pusatnya memang di situ. Sekali ambil 500 biji. Itu biasanya kalau ramai setengah bulan habis. Untungnya satu kapal itu 4ribu rupiah. Gak banyak memang, makanya harus irit di rantau. Saya tidurnya pun di emper toko orang, bayar 2 ribu per malam sama satpamnya," kata pria asal Gunungkidul itu.
Ia bersyukur tahun ini Dugderan Semarang dibuka lagi setelah tiga tahun tidak diselenggarakan karena pandemi. Even ini termasuk salah satu andalan karena jauh lebih ramai dari pasar malam biasa. (Tjs/Dan)
Load more