Semarang, tvOnenews.com - Masih ingat dengan mainan kapal jadul berbahan bakar minyak kelapa? Masihkah ada yang menjualnya di tengah gempuran mainan serba pabrikan sekarang ini?
Jawabnya, masih. Dan tetap tegap bertahan dengan cara dan pasarnya yang khas dan otentik.
Mainan ini populer disebut kapal klotok. Karena bunyinya yang klotok-klotok saat berjalan di air. Bunyi itu berasal dari knalpot yang terdorong oleh gelembung air akibat uap yang dihasilkan oleh pembakaran minyak kelapa di dalam kapal-kapalan tersebut.
Banyak penjual kapal klotok ini di arena Pekan Dugderan jelang Ramadhan, Aloon-Aloon Kota Semarang 2023. Acara tersebut digelar hingga sehari jelang masuknya bulan Ramadan yang akan datang. Ada belasan penjual kapal klotok di sini. Mereka menatanya di meja, dan salah satu kapalnya dihidupkan dan berjalan dalam wadah panci yang diisi air.
Kapal klotok ukurannya sekitar 15 cm dan lebar 5 cm. Warnanya macam-macam, tetapi kebanyakan berwarna merah. Terbuat dari seng yang dibentuk menjadi kapal-kapalan.
"Ini mainan jaman dulu, saya dan teman-teman masih bisa kok menjualnya. Tapi caranya memang tidak bisa dijual seperti biasa. Kita mengikuti jadwal orang yang punya rombongan pasar malam. Di mana mereka buka, kita ikut berjualan di situ karena pasti pengunjungnya banyak, dan membeli mainan yang jarang ada di tempat lain," jelas Kamin, penjual kapal klotok di Arena Dugderan Semarang 2023.
Menurutnya, mainan ini masih menarik karena bunyi klotok-klotok dan dimainkan di air. Sehingga banyak anak-anak yang tertarik.
"Ini menghidupkan mesin kapalnya pakai kapas yang diberi minyak kelapa. Lalu dibakar dan diletakkan di dalamnya. Panasnya nanti akan membuat pipa kecil di bagian belakang menghasilkan gelembung di air dan mendorong kapalnya jadi jalan. Anak-anak senang dengan kapal klotok itu," kata Kamin.
Ia mengaku, dalam sehari bisa menjual 15 kapal klotok. Kalau di lokasi yang ramai bisa lebih dari itu.
"Saya ambil dari perajin di Cirebon, pusatnya memang di situ. Sekali ambil 500 biji. Itu biasanya kalau ramai setengah bulan habis. Untungnya satu kapal itu 4ribu rupiah. Gak banyak memang, makanya harus irit di rantau. Saya tidurnya pun di emper toko orang, bayar 2 ribu per malam sama satpamnya," kata pria asal Gunungkidul itu.
Ia bersyukur tahun ini Dugderan Semarang dibuka lagi setelah tiga tahun tidak diselenggarakan karena pandemi. Even ini termasuk salah satu andalan karena jauh lebih ramai dari pasar malam biasa. (Tjs/Dan)
Load more