Semarang, tvOnenews.com - Kabupaten Semarang, Jawa Tengah memiliki sejumlah warisan budaya salah satunya adalah tradisi jamasan pusaka, dimana pusaka tersebut merupakan peninggalan dari Ki Ageng Pandanaran yang merupakan tokoh penyebar agama Islam, sekaligus menjadi Bupati pertama Semarang.
Ada 6 pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran yang hingga saat ini masih terawat dengan baik dan berada di rumah dinas Bupati Semarang. 6 pusaka tersebut terdiri dari 1 bilah tombak dan 2 trisula dan 3 keris.
Guna menjaga warisan leluhur yang telah berusia ratusan tahun agar tidak rusak, Pemkab Semarang setiap tahunnya selalu mengadakan jamasan pusaka yang dilakukan setiap Hari Jadi Kabupaten Semarang, untuk mencuci dan merawat benda benda pusaka tersebut agar tetap dalam kondisi baik.
Enam pusaka peninggalan Ki Ageng Pandanaran ini dijamas dengan menggunakan air perwitasari dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Sebelum digunakan air perwitasari dikirab terlebih dahulu dalam Kirab Merti Bumi dari Kecamatan Kaliwungu menuju Rumah Dinas Bupati Semarang, Ungaran.
Sebelum prosesi dilakukan, rombongan pembawa air perwitasari dan juga gunungan berupa hasil bumi diserahkan kepada Bupati Semarang. Dimana air perwitasari yang nantinya digunakan untuk menjamas enam pusaka tersebut diserahkan. Kemudian Bupati Semarang juga melakukan pelepasan burung bersama para pemangku adat.
Salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Semarang Sutikno mengatakan, prosesi adat jamasan dilaksanakan di Pendopo dengan khidmat. Seluruh pemangku adat dan pamong budaya ikut serta menyaksikan dan melakukan jamasan pusaka.
“Jamasan pusaka kali ini sungguh luar biasa, kerena didukung para masyarakat secara antusias. Terutama antusias untuk memahami simbol-simbol yang adiluhung,” ungkap Sutikno Rabu (15/3/2023).
Tradisi jamas pusaka ini diharapkan menjadi kegiatan yang bisa dilestarikan oleh generasi muda, agar mereka lebih mengenal peninggala dari Ki Ageng Pandanaran.
“Tidak hanya memahami simbol-simbol tersebut saja, namun bisa memahami simbol-simbol secar perilaku,” imbuhnya.
Sutikno menjelaskan arti kata pusaka dari kata “soko” yang memiliki arti tiang. Dimana tiang tersebut disimbolkan sebagai pribadi diri sendiri dan perilaku. Serta jamasan disimbolkan agar perilaku diri sendiri bisa mendapatkan keberkahan di kemudian hari.
Sementara itu, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha mengucapkan terimakasih kepada panitia dan masyarakat yang iku serta dalam proses jamasan pusaka yang bertepatan dengan peringatan hari jadi Kabupaten Semarang yang ke 502 tersebut.
“Dalam Kirab Merti Bumi Serasi, masyarakat banyak memberikan hasil buminya berupa jagung, padi, ketela, dan sayuran sebagai wujud rasa syukur,” ungkapnya. (Abc/Buz)
Load more