Semarang, tvOnenews.com - Selama tiga hari para perajin selongsong ketupat bermalam di Pasar Banyumanik Semarang.
Mereka lembur bikin selongsong ketupat dari janur atau daun kelapa, yang banyak diburu warga.
Nantinya selongsong tersebut diisi beras dan direbus menjadi ketupat untuk hidangan perayaan syawalan yang sudah jadi tradisi di Semarang.
Tradisi Syawalan digelar sepekan setelah hari raya Idul Fitri. Warga menyambut Syawalan dengan sukacita setelah sepekan menjalani puasa Syawal.
Bagi perajin selongsong ketupat, masa lebaran hingga syawalan menjadi masa panen musiman.
Mereka membawa janur atau daun kelapa yang masih muda berwarna kekuningan. Daun tersebut dibeli dari pemilik pohon kelapa di desa-desa.
Sebagian besar perajin selongsong ketupat berasal dari daerah Salatiga dan sekitarnya. Mereka secara turun-temurun mewarisi keahlian dan usaha selongsong ketupat.
Sehari-harinya mereka membuat selongsong ketupat untuk dipasok ke pedagang kuliner ketupat sayur maupun sate sapi.
Khusus pada jelang Lebaran dan tradisi Syawalan, mereka buka lapak khusus atau istilahnya "mremo".
Tentu saja harga selongsong ketupat pada lebaran dan syawalan lebih bagus dibanding hari biasa.
"Kalau pas mremo begini bisa laku 15 ribu per ikat isi sepuluh. Selain permintaannya banyak dan stok terbatas, harga bahan baku janur atau daun kelapa yang masih muda itu lebih mahal daripada bahan selongsong ketupat harian yang memaka daun kelapa tua warna hijau," kata Sutardi, perajin selongsong ketupat, Jumat (28/4/2023).
Selama tiga hari para perajin membuat selongsong ketupat sehak pagi sampai malam.
Mereka istirahat pada jam sepuluh malam hari di emperan toko. Biasanya mereka datang berombongan antara 15 hingga 20 orang. Satu rombongan menempati satu pasar.
Misal Sutardi, dkk menempati emperan Pasar Banyumanik, maka rombongan lain dapat jatah di Pasar Ungaran, Pasar Peterongan, Pasar Bulu, maupun Pasar Karangayu. Sehingga semua bisa berbagi dan tidak bersaing.
"Jadi saling berbagi, sama-sama dari satu desa. Hasilnya lumayan, selama tiga hari itu bisa laku ribuan selongsong. Per orang paling tidak bisa bawa pulang keuntungan 600 ribu rupiah," ungkapnya. (Tjs/Dan)
Load more