"Berdasarkan hasil uji laboratorium bakteri E-coli itu disinyalir bersumber dari empat sumber mata air yang berasal dari lahan Perhutani. Kita sudah minta untuk dilakukan penutupan sementara karena harus dilakukan penanganan," pungkasnya.
Sebagian warga yang terdampak serius sempat dirawat di rumah sakit setempat. Hingga Rabu (17/5/2023) warga yang sempat mendapatkan perawatan telah dinyatakan sembuh, dan bisa kembali beraktifitas.
Samsiyah, salah seorang warga yang mengalami diare akut tersebut mengaku muntah-muntah, pusing, sakit perut sama BAB sampai kaki dan tangan kesemutan hingga lemas, dan sempat mendapatkan perawatan empat hari di rumah sakit.
"Saya muntaber sampai lemas, terus udah dibawa ke Pak Mantri masih biasa aja dan langsung dibawa ke PKU. Rasanya pusing terus perut sakit kram kaki sama tangan kesemutan. Alhamdulillah sekarang sudah mendingan," ucapnya.
Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto akhirnya memutuskan untuk menutup sementara sumber mata air yang digunakan oleh warga. Diduga kuat bakteri itu berasal dari kotoran hewan liar yang mencemari sumber air warga.
"Sumber mata air warga berada di lahan perhutani di daerah pegunungan Giripurno dan diketahui masih banyak monyet liar dan babi hutan. Sumber-sumber air itu masih terus dilakukan uji lab, sekaligus dengan pemberian obat kaporit," katanya.
Selain menggunakan sumber mata air dari lahan Perhutani, warga juga menggunakan air yang bersumber dari Pamsimas dengan cara dibor di kedalaman 100 meter. Namun, berdasarkan hasil lab, air yang bersumber dari Pamsimas aman dari bakteri, begitu juga air-air dari sumur warga.
Load more