Rembang, tvOnenews.com - Kecewa hasil panen garamnya hanya terjual murah, sejumlah petani garam di Rembang, Jawa Tengah, menggelar aksi buang garam di jalanan. Aksi ini digelar sebagai bentuk protes karena harga garam yang terus merosot hingga 80 persen.
Dengan penuh emosi, sejumlah petani garam di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menggelar aksi buang garam siap jual di jalanan pada Selasa (22/8/2023).
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes karena mendekati puncak panen raya, harga jual garam terus mengalami kemerosotan harga hingga 80 persen.
Jika bulan Juli lalu harga garam masih dikisaran Rp 5.000 per kilogram, saat ini harga garam hanya berada dikisaran Rp 1.000 per kilogram. Padahal puncak panen garam akan segera tiba, dan biasanya pada puncak panen garam harga akan terus mengalami penurunan.
Anjloknya harga garam sangat memberatkan para petani, karena biaya produksi garam tidak sebanding dengan harga jual garam saat ini. Anjloknya harga garam ini disinyalir lantaran para tengkulak mempermainkan harga garam dari petani.
Salah satu petani garam, Kusnadi mengatakan, anjloknya harga haram sudah terjadi sejak sebulan lalu. Harga jual garam semula Rp 4.000 per kilogram, kini hanya Rp 900 per kilogram.
“Aksi buang garam ini sebagai bentuk protes kami karena harga garam saat ini anjlok. Sebelumnya blan Juli Rp 4000an kini tinggal Rp 900 per kilogram. Harapan petani garam ya harganya tidak turun terus. Harganya bisa petani untung penjual juga untung, petani tidak rugi,” harapnya,” kata Kusnadi.
Sementara itu, petani garam lainnya, Danar Ristanto berharap pemerintah segera turun tangan untuk segera mengembalikan harga jual garam agar bisa kembali seperti semula.
“Mulai turun sebulan yang lalu. Harapan kami pemerintah bisa turun tangan mengatasi anjloknya harga garam ini. Agar petani tidak rugi ya minimal Rp 2000 per kilogram lah,” harapnya.
“Selama ini petani jual garam ke tengkulak. Harapan kami pemerintah membantu permodalan, jadi petani tidak ngebon (hutang) ke tengkulak. Terus peyiapan gudang, jadi ada modal bagi pemilik garam. Jadi kita tidak buru buru jual, nunggu harga membaik,” pungkasnya. (arm/buz)
Load more