“Kalau nggak ada droping air ya warga terpaksa harus beli air, karena sekali droping paling maksimal dua hari sudah habis digunakan untuk kebutuhan sehari hari satu keluarga,” ungkapnya.
Menurut perangkat Desa Tondokerto, Mulyono, embung desa ini mampu mengaliri air ke 400 rumah warga, dengan kapasitas 25.000 meter kubik. Biasanya warga memanfaatkan air dari embung untuk kebutuhan sehari hari seperti mandi dan mencuci baju.
“Bisa panjenengan lihat sendiri memang di Desa Tondokerto saat ini lagi kekeringan air, artinya pasokan untuk air bersih sangat kurang sekali. Selama ini air embung dialirkan ke kurang lebih empat ratusan rumah,” kata Mulyono.
Mulyono mengatakan, kekeringan yang dialami tahun ini menjadi kekeringan terparah selama dua tahun terakhir. Mengingat pada tahun-tahun sebelumnya embung di desanya masih bisa digunakan hingga bulan November.
“Tahun kemarin hingga November masih cukup, karena mungkin dipacu dengan adanya musim kemarau kemarin kan tidak begitu lama. Ini berdampak dari musim kemarau yang lama sehingga panasnya juga luar biasa sehingga air di dalam embung sendiri cepat berkurang,” ujar dia.
“Biasanya dari bulan April mulai kemarau sampai bulan Agustus itu cukup, tapi tahun ini mulai bulan Juli akhir airnya sudah habis karena memangnya panasnya luar biasa,” lanjutnya.
Karena air di embung mengering, warga yang selama ini menggunakan sumber air embung untuk Pamsimas, kini mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah dan dermawan untuk memenuhi kebutuhan air sehari hari.
Load more