Karnawi menceritakan, mulai menanam mangrove sejak tahun 1989. Ia menanam mangrove jenis avicennia atau api-api. Hingga saat ini, Karnawi telah menanam sebanyak 40.000 pohon mangrove di lahan seluas 25 hektare.
“Sekarang sudah ada hasilnya, kemarin ada gelombang besar tidak sampai merusak tambak dan perkampungan. Dulu kan gelombang air laut yang besar sampai ke pemukiman warga,” terangnya.
Setelah ia berhasil menanam mangrove, warga yang sebelumnya menentangnya justru kini justru mendukungnya.
“Dulu ya banyak kendalanya, saya sering diomeli warga. Ini kan dulu lahan pertambakan, kena abrasi terus hilang ada sedimen lahi terus saya tanami. Saya dibilangi orang gila, karena bukan lahan saya, saya tanami saya rawatsampai bertengkar dengan teman teman,” ucapnya.
Pohon mangrove yang sudah tumbuh dan berbuah, bisa mencegah terjadinya abrasi selama belasan tahun, bahkan menjadi sumber pendapatan baru bagi warga sekitar.
Karnawi bersyukur atas penghargaan Kalpataru yang telah diterimanya sebagai pembina lingkungan hidup. Dengan pencapaian ini, diharapkan bisa membuat warga di kawasan pesisir lebih peduli dengan kondisi lingkungan agar tetap lestari dan terjaga.
“Sekarang tahu manfaat tanaman mangrove ini ya warga mendukung semua. Dari petani tambak, masyarakat karena mangrove bermanfat tidak hanya untuk mencegah abrasi di tambak saja, tapi untuk juga untuk pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
Load more