“Jadi kasus yang terlaporkan dan sudah dilaporkan ke dalam sistem informasi nasional mencapai 96,08 persen dari target 90 persen. Artinya dalam penemuan kasus sudah mencapai target, akan tetapi angka pengobatan masih di bawah terget, hal ini adanya notifikasi pasien TB terobati namun belum tercatat di SITB,”katanya.
Puji menambahkan, dengan tingginya kasus TBC di Boyolali tersebut dibutuhkan kerjasama lintas sektor antara Dinkes dengan berbagai stakeholder yang ada, mulai dari lembaga legislatif ,organisasi profesi serta komunitas.
“Jadi perlunya adanya kerjasama lintas sektor dalam penanganan kasus TBC tersebut. Ya,keterlibatan semua pihak ini sangat penting guna percepatan penanggulangan TBC menuju eliminasi TBC tahun 2026,”tandansya.
Sementara itu, Koordinator SSR komunitas TBC Boyolali, Diky Kurniawan menyampaikan, sebagai komunitas yang berkerjasama dengan Dinkes mampu berkontribusi dalam memperkuat fungsi layanan kesehatan masyarakat.
“Jadi MSI ini sebagai pendukung dan peran utama dari fasilitas kesehatan (Puskesmas) mampu melakukan investigasi kontak maupun skrining kesehatan di wilayah kantung TB,”terangnya.
Diky mengemukakan, tugas komunitas TBC ini selain mengedukasi masyarakat, juga melakukan pendampingan pasien, pendampingan pengawasan minum obat pasien serta pelacakan pasien yang mangkir berobat.
“SSR komunitas TBC bekerjasama dengan Puskesmas diranah grassroot dalam membantu serta memperkuat fungsi layanan masyarakat. Kami juga berharap, dengan usaha yang kita lakukan mampu mewujudkan target eliminasi TBC di Boyolali pada tahun 2026 mendatang,” tandasnya.(ags/buz).
Load more