Purbalingga, Jawa Tengah - Akhir pekan kali ini, kami ajak Anda ke Purbalingga, Jawa Tengah, untuk melihat dan mencicipi kue tradisional, luntup. Kue jadul ini masih diproduksi karena banyak peminatnya.
Toko sekaligus dapur produksi luntup, ada di Kelurahan Purbalingga Kidul, Kecamatan Purbalingga kota. Di sini, menyediakan banyak oleh-oleh khas, salah satunya luntup. Kue ini sudah diproduksi sejak puluhan tahun lalu, namun masih disuka, dan banyak peminatnya.
Di industri rumah tangga kue luntup Mirasa, milik Hendro ini, ada puluhan pekerja yang membuat kue luntup. Kapasitasnya mencapai ratusan kilogram tiap hari.
"Bahan dasarnya adalah tepung terigu yang dibuat adonan tipis sebagai kulitnya. Isiannya ada adonan gula kelapa asli," ujar Hendro.
Isian luntup bercita rasa manis legit. Dicampur tepung, gula kelapa ini mencipta cita rasa dan warna yang unik.
"Saat ini, isi kue diberi tambahan rasa, seperti keju, coklat, buah, dan rasa bawang goreng," ujarnya lagi.
Setelah diberi wijen di bagian topingnya, luntup dimasak dengan cara dipanggang. Ini adalah jenis kue kering yang tahan lama, sehingga cocok untuk oleh-oleh dan buah tangan ke luar kota.
"Kita biasa kirim hingga ke sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Jogja dan kota lain di luar Jawa," ujar Hendro.
Hendro sendiri, adalah generasi ketiga pembuat kue luntup. Sebelumnya, kue luntup pertama kali dibuat oleh kakeknya, dan dijual di pasar-pasar tradisional. Luntup termasuk kue kreasi dari mini nopia atau mino, makanan tradisional yang dimasak di dalam tungku kubah berbahan bakar arang.
Pada saat peringatan hari raya, atau masa liburan, permintaan luntup melonjak. Kue ini juga kerap dihidangkan di acara tradisi dan hajatan warga. Harganya sangat merakyat, hanya Rp 19.000,- per 300 gram. (Sonik Jatmiko/dan)
Load more