Pemalang, tvOnenews.com - Menempati rumah layak huni tentu menjadi idaman bagi semua orang agar terlindung dari panas dan hujan. Namun hal kondisi yang dialami oleh warga di Desa Tumbal, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah ini sungguh berbeda.
Suhadi (59) beserta istri dan anaknya terpaksa tinggal disebuah gubuk berdinding plastik dan berlantai tanah di areal perkebunan dalam kondisi yang sangat memperihatinkan. Keluarga Suhadi sudah menempati gubuk tersebut sejak 2022 lalu.
Keluarga Suhadi terpaksa menempati gubuk tersebut karena tak mampu membangun rumah layak huni. Jangankan membangun rumah, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari saja begitu sulit bagi keluarga miskin ini.
Sebelumnya Suhadi beserta istri dan anaknya berdagang tahu di Jakarta, namun karena dampak pandemi corona usahanya bangkrut. kondisi ini terpaksa membuatnya kembali ke kampung halaman.
"Sebelumnya saya usaha dagang tahu di Jakarta, dan pada saat itu konsumen tidak ada yang masuk. Saya rembug sama istri gimana kalau kita buka usaha di kampung. Awalnya kami nekat karena belum ada modal hingga jadinya seperti sekarang," kisah Suhadi, saat ditemui, Selasa (25/6/2024).
Foto: Suhadi dalam gubuknya yang berdinding plastik (Moh.Hamzah).
Saat malam tiba, Keluarga ini tidur beralaskan tikar dan kasur seadanya, meski berada diatas lahan milik sendiri kondisi tempat tinggalnya kian memperihatinkan. Gubuk hanya berdinding dari plastik kresek yang sudah bolong dan rusak.
Saat hujan tiba keluarga ini pun pasrah menahan kedinginan. Bahkan tak jarang ada beberapa hewan liar seperti ular masuk kedalam rumahnya.
"Kita tidak ada yang dirasakan cuma biasa ajalah, kalau kita pikir nanti bisa stres apa yang ada kita jalani. Kalau hujan ya gimana kita mau teriak sama siapa, apa yang ada harus dijalani sebenarnya sedih sekali, kadang ada ular yang masuk," jelas Suhadi.
Saat ditanya mengenai bantuan dari Pemerintah, ia mengaku Pemerintah desa belum pernah terjun ke rumahnya, melainkan hanya dari perangkat desa yang terkadang menengok saat ada keperluan.
Suhadi juga tidak menampik dirinya pernah mendapatkan bantuan dari desa. Ia mengaku pernah mendapatkan bantuan berbentuk uang sebanyak 2 kali senilai 300 ribu dan bantuan beras, Namun bantuan untuk rehab rumah belum ada hingga sekarang.
"Saya dulu pernah mendapatkan bantuan uang, 300 ribu sebanyak 2 kali, jadi kita menerima langsung di balai desa sesudah Covid, kemarin juga saya dapat bantuan beras," ungkap Suhadi.
Kini suhadi hanya berharap adanya bantuan dari pemerintah untuk merehab rumahnya agar layak huni.
"Kalau memang ada bantuan dari pemerintah saya terima berbentuk apapun yang penting bisa untuk berteduhlah," Harap Suhadi.
Pemerintah Desa Merespon
Saat dikonfirmasi langsung, Pihak Pemerintah Desa Tumbal mengaku telah berkoordinasi dengan Baznas dan Kementrian sosial untuk memberikan bantuan kepada keluarga suhadi.
"Untuk tindak lanjut yang kami lakukan sudah banyak, yang pertama kami sudah melakukan permohonan ke baznas dan permohonan kami sudah ditindaklanjuti, terus kami juga pada hari ini dari Kemensos melalui balai kartini dari temanggung sudah otw ke Pemalang kemudian akan meninjau ke lokasi," jelas Sekretari Desa Tumbal, Eko Wijayanto.
Pihak desa tengah mengusulkan keluarga suhadi untuk masuk DT Jateng dan DTKS agar mendapatkan bantuan sosial.
"Kami juga sudah mengusulkan di dalam DT Jateng, terus sudah diusulkan masuk di DTKS, kemarin juga tgl 22 juni dari pihak desa juga telah memberikan bantuan pangan berupa beras 10 kg untuk alokasi di bulan juni," ucap Eko.
Namun untuk jenis bantuan sosial lainnya, Pihak Desa Mengaku, keluarga suhadi belum mendapatkan lantaran dalam tahap pengusulan.
"Mereka belum dapat bantuan lainnya, sehingga dengan adanya hal ini kami dari pihak desa sudah menindak lanjuti yang ramai di media sosial," imbuh Eko. (mdh/buz)
Load more