Kudus, tvOnenews.com - Ratusan warga Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menggelar Tradisi Guyang Cekatak, Jumat (30/8/24). Tradisi tersebut merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan warga untuk meminta hujan kepada Allah SWT saat musim kemarau.
Prosesi acara Guyang Cekathak diawali dari area makam Sunan Muria. Ratusan warga berkumpul di aula komplek Makam Sunan Muria dan menggelar doa bersama.
Usai berdoa, mereka selanjutnya berjalan kaki menuruni anak tangga dari komplek makam Sunan Muria menuju Sendang Rejoso sejauh 500 meter sambil melantunkan sholawat.
Diantara peserta, seorang juru kunci Makam Sunan Muria membawa pelana kuda peninggalan sunan muria yang berusia ratusan tahun untuk dicuci di sendang tersebut, dimana terdapat mata air dari lereng Gunung Muria yang terus mengalir meskipun kemarau panjang melanda.
Sesampainya di lokasi sendang Rejoso, ratusan warga kemudian menggelar tradisi selamatan dengan membersihkan lingkungan sekitar sendang dan kembali berdoa dipimpin oleh tokoh desa setempat bersama di area sendang.
Ketua Dewan pembina Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria, Mastur mengatakan tradisi Guyang Cekatak rutin digelar saat musim kemarau. Guyang Cekatak adalah prosesi mencuci pelana kuda peninggalan Sunan Muria yang masih terjaga hingga kini.
Tradisi Guyang Cekatak sudah dilakukan warga konon sejak ratusan tahun yang lalu yakni mencuci pelana kuda peninggalan Sunan Muria.
"Sejak saya kecil juga sudah ada. Ini tak lain adalah sebagai bentuk penghormatan kepada Raden Umar Said atau Sunan Muria. Selain itu juga sebagai doa keselamatan dan meminta hujan kepada Allah SWT saat kemarau panjang seperti sekarang”, ungkap Mastur, ditemui di lokasi acara, Jumat (30/8/24).
Saat prosesi digelar, jalur ziarah ke makam Sunan Muria ditutup sementara. Ratusan warga duduk lesehan bersama di tengah jalan sekitar lokasi sendang dan menyantap hidangan yang disediakan panitia maupun yang dibawa masing-masing.
Load more