Banyumas, tvOnenews.com - Krisis air bersih mulai melanda sejumlah kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Prediksi kemarau yang masih berlangsung September ini, membuat warga di daerah kering hanya mengandalkan bantuan droping air bersih.
"Sudah hampir tiga bulan ini. Sumur warga sudah kering," ujar Kemis (52), warga Desa Menganti, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Selasa (03/09/2024).
Hujan yang belum turun di wilayah Kabupaten Banyumas, membuat sumur sedalam rata-rata sembilan meter, tak lagi mengeluarkan air. Padahal, sumur satu-satunya sumber air bersih warga Menganti.
"Kadang ambil air bersih ke tempat kerabat lain desa yang masih ada airnya," ujarnya lagi.
Saat ini, bantuan droping air bersih sudah dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas. Tiap droping dijatah 15 ribu liter air.
Warga membuat bak air dari terpal berkerangka bambu dan bertutup untuk menampung air bantuan. Dari mobil truk tangki, air ditampung di situ, lalu warga mengambil air seperlunya agar hemat.
"Pihak pemerintah desa yang bersurat kepada kami, lalu kami kaji sejauh mana dampaknya. Baru kemudian kami droping," ujar Angga, petugas BPBD di lokasi droping.
Selain BPBD, sejumlah instansi pemerintah dan swasta juga melakukan kegiatan droping air bersih di wilayah yang krisis.
Di Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok, sebatas 500 Kepala Keluarga juga terdampak krisis air bersih akibat kemarau ini. Warga yang mampu, membeli air bersih seharga Rp 50 ribu untuk satu toren, kapasitas sekitar 500 liter.
"Kadang kita ngangsu (ambil air) ke tempat cucian mobil yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah," ujar Moko (45) warga Kasegeran kepada wartawan.
Sebagian besar wilayah yang kekeringan dan krisis air bersih karena berada di topografi bukit. Sumur warga mengering, sementara tidak ada sumber air yang bisa digunakan untuk jaringan air bersih komunal.(sjo/buz)
Load more