Semarang, Jawa Tengah - Naiknya harga gas LPG non-subsidi membuat sebagian warga kini beralih konsumsi ke gas subsidi 3 kilogram atau biasa disebut gas melon. Hal itu berimbas pada berkurangnya penjualan gas 12 kilogram dan melonjaknya permintaan gas subsidi 3 kilogram.
Hampir tiap hari ada pembeli baru yang membawa tabung gas warna hijau tersebut untuk ditukar tabung gas yang sudah diisi. Dan untuk sementara, sejumlah pelanggan tidak memesan gas 12 kilogram.
"Sebenarnya sudah ada yang beralih ke gas melon sejak awal tahun lalu saat ada kenaikan yang pertama, tapi jumlahnya sedikit. Nah sekarang setelah kembali naik dan kenaikannya cukup lumayan banyak, ada sekitar 20 persen penurunan penjualan gas 12 kilogram. Begitu juga yang membeli gas melon juga naik dengan prosentase yang hampir sama," kata Edwin, penjual gas LPG di Bukit Sari Ngesrep Banyumanik, Kota Semarang, Kamis (10/3/2022).
Ia menambahkan, akibat dari migrasi konsumsi gas tersebut, ia mengakui kalau pasokan gas bersubsidi 3 kilogram menjadi tersendat.
"Kita kan dapat jatah terbatas ya, kita punya tabung melon 70 biji. Sekarang lebih cepat habis, dan tak cuma itu, permintaan pengiriman pun sekarang jadi lebih lama. Biasanya pagi sudah datang, sekarang baru sore atau bahkan besoknya," jelasnya.
Sementara itu, warga yang ingin migrasi ke gas melon mengaku selama ini memakai gas nonsubsidi 12 kilogram karena selisih harganya masih bisa masuk dalam uang belanja. Tapi begitu sekarang naik tinggi, ia pun berniat pindah ke gas 3 kilogram karena selisihnya yang sangat banyak.
"Kalau dulu kan kita pilih yang 12 kilo karena praktis ya, gak sering ganti. Sekarang harganya naik jadi dua ratus ribu lebih per tabung, kan selisihnya banyak sekali, lebih dari seratus ribu. Pengennya ganti ke gas 3 kilo, tapi butuh perjuangan sekarang dapatnya," kata Fira, pedagang UKM kuliner ayam goreng di Semarang. (Teguh Joko Sutrisno/Buz)
Load more