Layaknya pasukan perang, setiap sore sekelompok anak ini bersama-sama saling bahu membahu membawa meriam bambu untuk dibawa ke sebuah lahan kosong yang jauh dari permukiman warga.
Setelah sampai di tempat, mereka lalu menata meriam tersebut berjajar dan mengarah ke puncak gunung merapi, meski rumah mereka berada dilereng gunung merbabu namun puncak gunung merapi terlihat jelas dari tempat anak-anak ini bermain.
“Kalau memakai karbit suaranya di keras seperti meriam beneran,” ucapnya.
Hal yang sama di katakan Habibah, meski dirinya perempuan namun tidak taku bermain atau membunyikan meriam bambu, karena setiap tahun di bulan ramadhan pasti bermain meriam bambu.
“Tidak takut. Ini kan sudah biasa untuk menunggu buka puasa,” katanya.
Lebih lanjut Habibah menjelaskan, bahwa dirinya bersama teman-teman selain bermain meriam bambu, ada juga kegiatan lain untuk menunggu waktu buka puasa.
“Kita dilatih menari, belajar membaca al quran dan bahasa ingris,” tandasnya.
“Salah satunya adalah seperti tadi berkaitan dengan setiap ramadhan pasti ada long bumbung atau meriam bambu di sore hari kalau di pagi hari kita ada latihan bahasa Inggris untuk anak-anak untuk tari kita juga ada untuk khusus Pemuda terutama habis Isya,” katanya. (agus s/ade)
Load more