Selain tiang, bagian depan masjid, mulai dari ornamen ruang imam hingga mimbar khotib, semua masih terjaga keasliannya.
"Ada juga kaligrafi kayu di atas ruang imam, berisi kalimat syahadat dan ayat kursi. Dua kaligrafi dari kertas juga masih terpasang, meski sudah sobek di beberapa bagian," ujar Sulam, pengurus masjid.
Masjid Saka Tunggal, diyakini didirikan oleh sosok Kyai Toleh atau Mustolih, anak turun ketiga dari Sunan Panggung, salah satu kelompok Walisongo pada saat itu.
Menurut beberapa penuturan, Kyai Toleh merupakan kakek buyut dari Hamengkubuwono, raja Ngayogyokarto. Sehingga makin diyakini, masjid dibangun sejak zaman mataram.
Sebagai masjid, Saka Tunggal masih difungsikan untuk ibadah sholat lima waktu. Tata cara ibadah di masjid juga masih sangat tradisional. Terlihat dari penggunaan kentongan dan beduk.
"Muazin sholat jumat juga berjumlah empat orang. Lalu ada kidung oleh khatib, yang berisi nasihat-nasihat baik," ujarnya.
Selain sebagai tempat ibadah, Saka Tunggal sudah menjadi benda cagar budaya dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas. Uniknya, hutan di sekitar masjid masih terjaga kelestariannya dan menjadi habitat ratusan monyet ekor panjang. (Sonik Jatmiko/dan)
Load more