Banyumas, Jawa Tengah - Sejak sebelum ramadhan, perajin batik Mruyung khas Banyumasan mengaku mulai ramai pembeli. Batik yang dicari adalah jenis pakaian muslim seperti baju koko, gamis dan sarung. Dibanding tahun lalu, diakui ada peningkatan sebesar 25 persen.
"Mulai terasa sejak sebelum ramadan. Rata-rata yang dicari baju muslim, baik untuk pria maupun wanita," ujar Slamet Hadi, seorang pemilik produksi batik di Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jateng, Senin (18/4/2022).
Slamet mengatakan, rumah produksi yang ia kelola memang selalu menyiapkan pakaian muslim jadi, mulai dari pakaian muslim untuk anak-anak hingga dewasa. Pihaknya juga memproduksi sendiri berbagai jenis batik, mulai dari jenis batik cap, printing, lurik, hingga tulis. Proses menjahit hingga pakaian jadi, juga dilakukan sendiri.
"Kita produksi sendiri, mulai dari bahan hingga jadi. Ini untuk menjaga kualitas produk," ujarnya.
Berbeda dengan jaman dulu, saat ini konsumen batik sudah mulai bergeser seleranya, seperti model batik berwarna cerah lebih disukai.
Batik khas Banyumas mempunyai khas batik pedalaman, yakni berwarna gelap dengan latar cerah. Untuk itu, pihak produksinya melakukan penyesuaian agar ciri khas motif Banyumasan tetap terjaga, dengan dipadukan menggunakan warna-warna yang diminati dan kekinian.
Selain batik, dia juga memproduksi batik lurik dengan tenun. Kain lurik disukai katena motifnya memang unik.
"Kalau ramadan hingga lebaran, tenun lurik biasanya untuk sarung," ujarnya.
Selain eksotik, batik memang memiliki karakter tersendiri saat dipakai dan harganya pun terjangkau. Di sentra batik Mruyung, harganya mulai Rp 38 ribu hingga satu jutaan, untuk jenis batik tulis. (sjo/mg1/ito)
Load more