Pati, Jawa Tengah - Ratusan warga Desa Klayusiwalan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, antusias mengikuti arak-arakan gunungan hasil bumi yang digelar mengelilingi desa setempat, Senin (27/6/2022).
Dalam ritual ini diarak belasan gunungan hasil bumi. Setelah diarak keliling desa, gunungan hasil bumi tersebut menjadi rebutan warga. Mereka menyakini akan mendapatkan keberkahan rejeki dan terhindar dari mara bahaya jika mendapatkan gunungan tersebut.
Tradisi ini berlangsung setiap bulan apit atau bulan kesebelas dalam penanggalan Jawa. Warga mengarak 18 gunungan berisi hasil bumi, seperti padi, jagung, ketela, sayur mayur dan buah buahan.
Arak arakan gunungan ini diiringi kesenian barongan dan barongsay. Di barisan terdepan Kepala Desa dan istri disusul Perangkat Desa dan Lembaga Desa beserta keluarganya yang memakai pakaian adat Pati.
Setelah diarak keliling desa sejauh kurang lebih 5 kilometer, arak arakan gunungan hasil bumi sampai di Lapangan Desa Klayusiwalan.
Di lapangan Desa Klayusiwalan sudah menunggu ratusan warga untuk berebut gunungan hasil bumi. Setelah didoakan oleh tokoh agama setempat, tanpa dikomando warga langsung berebut gunungan hasil bumi.
Mereka percaya jika mendapatkan isi gunungan yang diarak akan mendapatkan keberkahan rejeki dan terhindar dari mara bahaya.
“Ini dapat jagung, sawi, kacang panjang, dapat terong gambas dan cabe merah. Rencana kalau sampai rumah nanti mau dimasak untuk dimakan satu keluarga biar bisa dapat berkah,” ujar Agung salah seorang warga Desa Klayusiwalan.
Kepala Desa Klayusiwalan, Siswanto, mengatakan tradisi mengarak gunungan hasil bumi dalam ritual sedekah bumi ini sebagai wujud syukur atas limpahan rejeki dan keselamatan selama satu tahun serta berharap berkah kedepan lebih baik lagi.
“Ada 18 gunungan berisi hasil bumi, sayuran, palawija dan buah-buahan yang kita arak, ini dari masing-masing RT. Kirab gunungan ini sebagai wujud syukur warga atas hasil panen yang melimpah,” kata Siswanto.
“Harapannya warga Desa Klayusiwalan semakin baik, hasil panennya juga melimpah, gemah ripah loh jinawe dan aman tentram,” lanjutnya.
Usai arak arakan, warga berkumpul di lapangan menggelar hiburan dan pesta rakyat. Tradisi sedekah bumi menjadi tradisi nenek moyang yang diwariskan pendahulunya dan menJadi kebudayaan tradisional yang perlu dilestarikan. (Arm/Buz)
Load more