"Dulu saya menolak karena anak saya. Dia tinggal di Dusun Randuparang, di sana banyak yang menolak. Waktu itu kalau saya ikut (setuju diukur) diamuk (dimusuhi)," kata Sodin saat ditemui di lokasi pengukuran lahan.
Kini ia dan banyak warga lainnya yang dulu menolak quarry telah merelakan tanahnya untuk proyek bendungan tertinggi di Indonesia itu.
Tanah Sodin sendiri tidak terdampak quarry, tetapi akan digunakan sebagai jalan guna mengangkut batuan andesit ke lokasi proyek bendungan di Desa Guntur, Kecamatan Bener.
"Sekarang saya sudah tidak takut, sudah boleh diukur (tanahnya). Sekarang sudah hampir semua (yang punya tanah) setuju," tambah Sodin.
Sodin berencana, jika kelak tanahnya dibayar, uangnya akan dibelikan tanah agar bisa tetap bertani.
Sementara itu, Slamet, warga wadas yang juga merupakan korlap tim pengukuran mengatakan, pihaknya mendampingi tim pengukur untuk menunjukkan bidang-bidang termasuk batas-batas lahan milik warga yang sudah setuju.
"Ada dua kelompok mungkin besok pengukuran lagi kelompok sebelah. Ada dua kali pengukuran. Sejauh ini nyampai sekarang aman. Hari ini 105 bidang, Besok kelompok sebelahnya. Yang tadinya belum setuju terus sekarang setuju.”jelasnya. (Esa/Buz)
Load more