“Biasanya kalau di pasar tinggal pilih, misal mau beli berapa, yang sesuai keinginan tersedia dan langsung dapat saat itu juga. Jika begini, selama ini kami harus mencari ke desa-desa dan wilayah lain untuk kulakan sapi, dan itu tidak bisa memilih, kalau dapatnya kecil mau tidak mau dibeli,” imbuhnya.
Sejak merebaknya PMK di Kabupaten Semarang, omset penjualan sapi pasti terpengaruh apalagi ditambah dengan penutupan pasar hewan.
“Biasanya kami bisa jual beli puluhan ekor sebulan. Tapi saat ini menurun drastis. Dan baru kemarin saya mendapatkan pesanan banyak sekitar 30 ekor. Tapi tetap inginnya pasar hewan dibuka, karena Pasar Hewan Ambarawa sangat diandalkan dan cari uangnya di pasar itu juga,” pungkasnya. (abc/dan)
Load more