Semarang, Jawa Tengah - Danau Rawa Pening yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu danau alami yang manfaat airnya sangat dibutuhkan bagi masyarakat.
Pentingnya keberadaan danau Rawa Pening sebagai penopang kehidupan masyarakat, membuat Pemerintah terus memantau kondisi danau Rawa Pening baik dari segi kualitas air maupun debit air danau Rawa Pening.
PT Jasa Tirta I, salah satu BUMN yang bertugas memonitor kualitas air danau Rawapening secara periodik mengungkapkan fakta bahwa kondisi air danau Rawa Pening saat ini cukup rendah akibat adanya pencemaran limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian hingga kegiatan ekonomi disekitar danau.
" Dari data yang kami punya saat ini kualitas air danau Rawa Pening cukup rendah. Hal ini dikarenakan Limbah domestik bisa berasal dari kegiatan rumah tangga dan intensifikasi perekonomian yang masif di sekitar danau Rawa Pening langsung masuk ke danau tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu," ujar Direktur Utama PT Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan, Selasa(2/7/2022).
Limbah domestik yang dimaksud banyak dihasilkan dari limbah rumah tangga, industri, area wisata, limbah dari resort bahkan juga dari pemakaian pupuk nonorganik yang cukup berlebihan dan sebagainya.
Menurutnya, selama ini pihaknya cukup intens memantau kualitas air di 14 titik danau Rawa Pening secara periodik. Dari kegiatan itu dapat disimpulkan bahwa kualitas air danau ini tergolong rendah.
" Kalau mau membenahi kualitas air danau Rawapening, limbah domestik yang masuk melalui sejumlah sungai yang bermuara ke danau ini harus dikendalikan secara konsisten. Masyarakat di sekeliling danau bisa diedukasi agar mengolah limbah domestik yang dihasilkan dengan baik," ungkapnya.
Jika pencemaran ini terus berlanjut, dikhawatirkan cepat atau lambat danau Rawa Pening akan mengalami eutrofikasi atau keadaan air danau alam tersebut banyak mengandung zat hara seperti nitrogen fosfat, dan berbagai sisa deterjen.
"Artinya, ekosistem di dalamnya akan terganggu, banyak ikan yang mati. Paling parah, bisa jadi danau 'mati'. Maka perlu kearifan secara bersama-sama demi keberlangsungan dan pemanfaatan air danau," pungkasnya. (Abc/Buz)
Load more