Meski demikian, pihaknya mewanti-wanti masyarakat di Indonesia untuk tetap berhati-hati dengan ancaman penyebaran paham radikalisme yang saat ini bukan hanya disebarkan melalui dunia nyata saja. Melainkan, dunia maya juga menjadi sasaran. Dari berbagai isu yang beredar, sambung dia, bisa juga ditunggangi dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama melawan sebaran berita bohong atau hoaks. Informasi-informasi hoaks di era sekarang sudah begitu meresahkan, bahkan membahayakan kebhinekaan bangsa.
Untuk menetralisasi informasi menyesatkan di berbagai media sosial itu. Peranan pers sangat dibutuhkan untuk menetralisasi informasi hoaks yang setiap hari membanjiri laman-laman media sosial. Masyarakat kita harus dicerdaskan, jangan sampai diadu domba.
”Jangan sampai masyarakat terpengaruh pandangan yang sifatnya memanfaatkan kasus yang ada untuk urusan yang lebih mudharat seperti perpecahan bangsa dan sebagainya,” pungkasnya.
Abu Tholut yang juga dikenal dengan nama Mustofa, Imron, dan Herman ini pernah menjadi sosok sentral dalam berbagai aksi teror di Tanah Air.
Dia pernah mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang sejak 2004, kemudian pada 2007 dia bebas bersyarat. Setelah itu dia kembali ditangkap pada 2010 di rumahnya di Bae, Kudus. Karenanya dia mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane Semarang dan bebas pada 2015.
Disinggung soal aktivitas kesehariannya saat ini, Abu Tholut mengaku tengah menekuni usaha kuliner selain tetap berdakwah.
Load more