Pati, Jawa Tengah - Rumah makan rakyat yang berada di gang sawo, Kelurahan Parenggan, Kecamatan Pati Kota, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, selalu diserbu warga setiap harinya. Pasalnya, di rumah makan ini tak sedikit pun di pungut biaya alias gratis.
Usai adzan dzuhur berkumandang, para pengunjung biasanya mulai berdatangan dan dominasi kaum dhuafa, tukang becak dan pekerja jalanan.
Setelah menerima makanan dan air teh serta roti untuk cuci mulut, para pengunjung mencari tempat makan yang dianggapnya nyaman untuk makan. Ada yang di atas becaknya, ada yang makan bersama berkumpul di dalam ruangan, ada juga yang ambil tempat menyendiri.
Keberadaan rumah makan rakyat yang menyediakan makan dan minum gratis ini disambut senang, sangat terbantu. Pasalnya, pasca Pandemi Covid-19 yang berimbas pada pendapatan dan perekonomian yang belum kembali normal. Kebutuhan pengeluaran untuk makan dirasa sangat besar.
"Sangat membantu sekali bagi rakyat kecil seperti saya tukang becak ini. Setiap makan siang saya ke sini, bisa mengurangi pengeluaran. Setiap hari paling dapat penghasilan Rp 30 ribu, terpotong Rp 20 ribu untuk makan. Dengan adanya rumah makan gratis ini lumayan sekarang tidak usah jajan makan siang lagi," ujar Sutrisno, Selasa (11/10/2022).
Koordinator rumah makan rakyat, Joni Dianto, mengatakan rumah makan rakyat disediakan untuk berbagi dengan sesama. Siapapun warga, terutama kaum duafa boleh makan gratis tanpa harus membayar.
"Ini gratis 100 persen, bagi siapa saja yang merasa butuh untuk makan bisa datang kesini. Tapi target utama kami kaum duafa, tukang becak, tukang parkir," kata Joni Dianto.
Untuk mendapatkan bahan makanan yang akan disajikan, pengelola rumah makan rakyat setiap hari mendapatkan donasi dari para dermawan. Terkadang juga ada yang berdonasi makanan siap santap.
"Ini menumya setiap hari ganti-ganti. Ada juga donasi dari masyarakat makanan yang sudah matang siap makan. Menunya insya Allah seminggu sudah kita list apa saja, sehingga setiap hari ganti-ganti," jelasnya.
Di rumah makan rakyat mempunyai anggota yang setiap harinya selalu bergantian untuk memasak seratus hingga seratus lima puluhan porsi makan siang dengan menu yang selalu berganti ganti setiap hari.
Mereka semua tidak digaji dan tidak dibayar. Mereka ikhlas meluangkan waktu membantu memberikan pelayanan kepada masyarakat di rumah makan rakyat.
"Setiap hari ada yang bertugas memasak, kadang juga ada dermawan yang ikut memasak. Setiap hari kami sediakan 150 sampai 200 porsi makanan," ungkapnya.
Dengan adanya rumah makan rakyat gratis ini, selain untuk membantu kaum duafa, juga diharapkan bisa menginspirasi masyarakat ekonomi mampu dan para dermawan untuk ikut berpartisipasi dan juga membuat warung makan serupa di tempat lainnya. (arm/mii)
Load more