Semarang, Jawa Tengah - Kericuhan mewarnai proses eksekusi tanah di wilayah Ngebruk, Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jateng, Rabu (2/11/2022). Tanah tersebut digunakan untuk pembangunan jembatan dan penanganan banjir.
Tiba-tiba ada seorang anggota ormas menemui Fajar dan bersikeras tak ingin tanah itu dieksekusi.
Tak selang lama eskavator milik PT Adhi Karya langsung merobohkan patok pembatas. Tiba-tiba datang seorang wanita sambil marah menyatakan tak ingin tanah itu dieksekusi.
Wanita itu marah sambil duduk di pucuk eskavator. Petugas Satpol PP langsung mendatangi wanita itu dan meminta untuk minggir dari lokasi eksekusi.
Berhasil menepikan wanita itu, muncul lagi anggota ormas yang marah marah. Petugas pun menyudahi proses eksekusi pada pukul 10.00 wib agar situasi terkendali
Fajar Purwoto mengatakan warga yang menolak itu diketahui bernama Wahyu. Ia mengaku beberapa hari sebelumnya telah meminta Wahyu agar menggugat ke pengadilan untuk menghindari keributan. Namun Wahyu enggan melakukannya.
"Ini kan tanahnya untuk pembangunan jembatan penghubung antar desa. Lalu kita nggak jadi bangun ya karena ada yang komplain ini. Sebenarnya sebagian besar warga setuju ada jembatan. Kalau nanti warga protes jembatan nggak ada ya silahkan protes ke dia," kata Fajar
Ia menuturkan tanah warga disana telah diambil alih oleh negara melalui proses konsinyasi. Oleh karena itu Satpol PP mengeksekusi tanah dan mengamankan proyek pemerintah.
Keputusan menyelesaikan eksekusi ini kata dia, pihaknya tak ingin bersinggungan dengan warga. Sebab bagaimanapun juga Wahyu merupakan warga Kota Semarang.
Ditanya mengenai adanya anggota ormas yang menghadang, ia mengaku tak tahu darimana datangnya apakah dari Kendal atau Semarang.
"Sudah saya sampaikan silahkan gugatan. Jangan bicara ukur ulang terus. Saya sampaikan mohon maaf kepada warga sini, apabila nanti kebanjiran lagi ya itu karena ada ulah warga yang menolak," ungkapnya
Seorang warga penolak proyek, Bu Wahyu mengatakan dirinya meminta ulang proses pengukuran tanah terdampak proyek.
"Pak Presiden, pak Gubernur tolong kami. Saya punya sertifikat. Siap dibuktikan," kata Wahyu sambil menangis histeris
Seorang tokoh sesepuh wilayah Ngebruk, yang enggan disebut namanya mengatakan dirinya mendukung penuh adanya Jembatan. Sebab proyek ini juga untuk menanggulangi banjir.
"saya dan banyak warga mendukung proyek agar tak ada banjir," kata dia. (Dcz/Buz)
Load more