Lebih lanjut Dadi menambahkan, selama dikelola Perhutani, Coban Talun belum memberikan efek berarti pada masyarakat sekitar. Dadi menilai, hal tersebut disebabkan karena kurangnya penataan di tempat wisata tersebut, sehingga wisata alam Coban Talun yang menyuguhkan air terjun dan pemandangan alam itu masih nampak biasa saja.
"Penataan kurang mengena. Dengan adanya situasi itu, pihak desa tidak bisa berbuat banyak. Karena pengurusan dipegang oleh pihak Perhutani. Padahal seharusnya tempat wisata itu nuansanya ya harus benar-benar wisata alam," ungkapnya.
Ke depan pihaknya berharap Bumdes Tulungrejo bisa berbuat untuk meningkatkan di wisata alam itu. Mulai dari penataan jalan, parkir, tempat selfie hingga jalur masuk ke Coban Talun. Sebab jika dilihat saat ini, jalur masuk menuju Coban Talun sangat miris dan masih setapak.
"Jadi, para pedagang yang berjualan di tempat tersebut sudah banyak yang tutup permanen. Bahkan saat hari Sabtu-Minggu, lapak-lapak juga banyak yang tutup karena pengunjung sangat sedikit," kata Dadi.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, saat ini untuk pengunjung reguler sudah sangat berkurang. Namun untuk pengunjung rombongan masih terlihat meski jumlahnya terbatas.
Saat ini pihaknya telah meramu pengajuan kerjasama dengan Perhutani. Dia berharap pengajuan kerjasama pengelolaan Coban Talun itu bisa diterima, sehingga Bumdes Tulungrejo bisa turut andil menata Coban Talun. Apabila tak diterima, pihaknya khawatir timbul gejolak di masyarakat.
"Misalkan di masing-masing dusun dipasang portal. Kemudian setiap dusun meminta kontribusi karena jalannya dilewati, bagaimana?. Sebab selama ini masyarakat sekitar tak menerima dampak apapun. Mereka hanya menerima polusinya saja," jelasnya.
Load more