Surabaya, tvOnenews.com - Nama Masjid Jogokariyan Yogyakarta tersohor berkat pengelolaan wakaf progresif. Karena itu, banyak pengurus masjid di Surabaya yang saat ini berupaya belajar model pengelolahan manajemennya dan mengadopsinya demi kemakmuran dan kemaslahatan masyarakat di sekitar masjid.
Ustaz M Jazir pada kesempatan ini membagikan rahasia kesuksesan dalam mengelola wakaf progresif di Masjid Jogokariyan Yogyakarta hingga mampu mensejahterakan umat maupun masyarakat sekitar. Ustaz Muhammad berbagi ilmu manajemen pengelolaan wakaf tersebut kepada para takmir masjid dan Jemaah di masjid SIER Rungkut ini.
"Masjid Jogokariyan mencoba menjadi institusi keuangan umat atau wakaf ini agar bermanfaat sebagai sumber kesejahteraan rakyat," ungkapnya.
Wakaf progresif itu terbukti dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat dan menghilangkan pembebanan pembiayaan masjid dari infak melalui hasil wakaf.
Ustaz Jazir menyatakan konsep ini memiliki kesamaan dengan Kerajaan Mataram dan Undang-Undang (UUD) Pasal 33 bahwa bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
"Konstitusi kita itu melaksanakan konsep wakaf," tandasnya.
Indonesia sendiri, kata Jazir, memiliki tanah wakaf seluas 5,6 miliar meter persegi. Namun hanya 3 persen produktif. Sebagian masjid besar justru konsumtif karena menyerap dana publik hanya untuk merawat bangunan, sehingga hak-hak orang miskin tidak tersantuni dari kekayaan umat tersebut.
"Makanya penting sekali menggerakkan kesadaran pengelola masjid mengoptimalisasi kepercayaan atas wakaf itu untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," ucap Ustaz Jazir.
Optimalisasi wakaf itu sudah berjalan di Masjid Jogokariyan. Masjid ini kerap menjadi sasaran studi banding dari dalam negeri maupun luar negeri sejak 2001.
Takmir Masjid Mengelolah Keuangan dengan Profesional
Takmir masjid di bawah kepemimpinan Ustaz Jazir berhasil menjadikan ekonomi berbasis masjid. Karena Masjid Jogokariyan tidak hanya bergantung pada infak dan shadaqah. Namun mengelola wakaf progresif secara transparan, akuntabilitas pertanggungjawaban publik, dan aspiratif.
"Uang wakaf berada di rekening dan brankas masjid. Tidak ada boleh ada pengurus membawa uang," ungkap Ustaz.
Takmir masjid mengelola uang wakaf secara profesional dan modern melalui pola intensifikasi wakaf. Antara lain dengan mengoptimalkan lahan beserta bangunan.
Perlu diketahui, Masjid Jogokariyan terdiri dari empat lantai. Selain sebagai tempat ibadah, dua lantai bagian atas merupakan fasilitas baru usaha masjid hasil dari ekstensifikasi wakaf. Dua fasilitas tersebut adalah Hotel Masjid Jogokariyan dan Aula Islamic Center Jogokariyan.
Hotel Masjid Jogokariyan berada di lantai 3 Islamic Center Masjid Jogokariyan. Hotel ini memiliki 10 kamar berfasilitas bintang tiga. Dari pengelolaan lahan tersebut, Masjid Jogokariyan Yogyakarta mampu mandiri dan memberikan berkah bagi masyarakat sekitar.
Pemberdayaan ekonomi lain adalah merintis program agen bisnis berbasis ternak menggandeng petani sekitar masjid dan hafidz. Manajemen masjid membekali mereka dengan hewan ternak seperti sapi dan kambing untuk kemudian digunakan sebagai modal usaha sehingga terwujud program pemberdayaan ekonomi rakyat.
“Dengan demikian, masjid bisa menjadi sumber kesejahteraan rakyat melalui pengelolaan masjid sebagai wakaf progresif. Sehingga, masjid bukan hanya sekadar mandiri namun juga memberkahi,” pungkasnya. (msi/gol)
Load more